Senin, 22 Juli 2013

AKUNTANSI MARK TO MARKET DAN KEHANCURAN AIG

AKUNTANSI MARK TO MARKET DAN KEHANCURAN AIG

            American International Group Inc. (AIG) dulunya merupakan perusahaan asuransi terbesar dunia dengan kantor-kantor utama di New York, London, Paris, dan Hong Kong. Sejak 2005 sampai 2008, perusahaan mengalami serangkaian permasalahan akuntansi. Pertama, AIG dihukum karena kecurangan dalam laporan keuangan, dan selanjutnya, karena melaporkan kerugian tidak terealisasi dalam jumlah sangat besar yang mengakibatkan perusahaan diambil alih oleh pemerintah. Sepanjang periode ini, perusahaan mengalami empat kali pergantian CEO.
            Pada 6 Juni 2005, Securities and Exchange Commission (SEC) melayangkan tuntutan kepada para eksekutif di AIG dan General Re yang isinya dugaan bahwa mereka telah melakukan penipuan sekuritas dengan ikut serta dalam dua transaksi reasuransi palsu yang seakan-akan meningkatkan penyisihan kerugian yang harus ditanggung AIG sebesar $500 juta, sehingga menjadikan laporan keuangan AIG tampak lebih baik daripada di kuartal keempat tahun 2000 dan kuartal pertama tahun 2001. Menurut SEC, “Transaksi tersebut dimulai oleh AIG untuk memadamkan krisis oleh analis terkait dengan pengurangan penyisihan kerugian perusahaan pada kuartal ketiga tahun 2000.” Miliuner Warren Buffet, yang memiliki General Re, tidak terlibat dalam tuntutan SEC, tetapi Maurice Greenberg, CEO AIG kemudian, diidentifikasi sebagai konspirasi pembantu, namun tidak dituntut, dan dia mengetahui adanya transaksi palsu tersebut. Setelah itu, Greenberg diberi tekanan agar meninggalkan perusahaan.
            Pada Februari 2006, AIG setuju untuk membayar denda sebesar $1,6 miliar dan dua tahun kemudian lima mantan eksekutif General Re dan AIG dinyatakan bersalah atas penipuan sekuritas. Sementara itu, AIG telah beberapa kali mengganti CEO nya. Pada 2005, Greenberg digantikan oleh Martin Sullivian, yang kemudian digantikan oleh Robert Willumstad pada Juni 2008 setelah AIG mencatat kerugian sangat besar dan harga sahamnya anjlok. Tiga bulan kemudian, Willumstad diganti oleh Edward Liddy, setelah pemerintah mengambil alih AIG.
            Meskipun bisnis utamanya adalah menjual asuransi, pada 1987 AIG mulai berjualan produk-produk keuangan melalui anak perusahaannya AIG Financial Product Corp. Satu dari produk utamanya adalah kontrak penukaran (swap) kredit jatuh tempo pada investasi pendapatan tetap seperti efek beragun KPR dan derivatif beragun KPR lainnya. Bagaimanapun juga, kontrol internal anak perusahaan sangat lemah. Pada akhir November 2007, auditor AIG, PricewaterhouseCoopers menaruh perhatian pada Sullivan terkait dengan kelemahan material dalam area manajemen risiko.
            Pada Maret 2008, Kantor Pengawas Penghematan, “Kami cemas bahwa pengawasan perusahaan terhadap produk-produk keuangan AIG …. kekuarngan elemen kritis yang mencakup independensi, transparansi, dan ketelitian optimal.
            Namun demikian, anak perusahaan terus menjual produk keuangannya, termasuk kontrak penukaran kredit jatuh tempo pada efek beragun asset sebesar $441 miliar, $57,8 miliar dari jumlah itu terkait dengan efek beragun KPR. Ketika krisis KPR subprime muncul pada 2007, AIG mulai mencatat kerugian pada penukaran kredit jatuh tempo ini sebagai hasil dari FASB 157. Financial Accounting Standards Board (FASB) menerbitkan pernyataan No. 157 tentang Pengukuran Fair Value pada 2006 yang mulai berlaku pada 2007. Pengaturan pengukuran Fair Value, dinyatakan sebagai peraturan “mark to market”, mengharuskan asset dan kewajiban financial dinilai ulang pada nilai pasarnya di tiap periode pelaporan. Dalam kasus sebuah instrument keuangan, hal ini berarti ada pada kutipan harga instrumen pada pasar aktif. Karena pasar untuk KPR subprime memburuk, maka demikian pula pasar keuangan instrumen beragun KPR tersebut.
            Pada Februari 2008, kerugian yang belum terealisasi sebesar $4,8 miliar, yang meningkat hingga $11 miliar pada akhir bulan. Pada bulan Juni, Sullivan mengundurkan diri dari posisi CEO, tetapi diberikan pesangon khusus (golden parachute) sebesar $15 juta. Pada 16 September, AIG dilaporkan merugi sebesar $13,2 miliar pada enam bulan pertama tahun 2008. Sahamnya diperdagangkan pada harga $3,14, mengalami penurunan lebih dari 90 persen dari puncaknya pada nilai pasar $190 miliar pada akhir 2006. Pemerintah federal memutuskan bahwa AIG, salah satu dari lima perusahaan keuangan terbesar dunia, “terlalu besar untuk gagal”, karenanya mereka mengumumkan langkah penyelamatan bagi perusahaan tersebut. Pemerintah akan menyediakan fasilitas likuiditas kredit sebesar $85 miliar, yang kemudian ditingkatkan, sebagai balasan dari penerimaan jaminan/kuasa yang pada hakekatnya memberikan pemerintah kepemilikan ekuitas perusahaan sebesar 79,9 persen di AIG. Pada 17 September, AIG menguras habis (drew down) $28 miliar dari fasilitas likuiditas kredit tersebut. Hingga 24 Oktober, AIG telah menguras habis $90,3 miliar dari total dana penyelamatan sebesar $122,8 miliar.
            Dalam kesaksian dihadapan House of Representatives Committee on Oversight and Government Reform pada 7 Oktober 2008, Willumstad melayangkan sebagian kesalahan atas kegagalan perusahaan pada peraturan akuntansi yang memaksa AIG untuk mencatat kerugian yang belum terealisasi pada pertukaran kredit jatuh tempo.
            Bagaimanapun juga, ketika pasar untuk obligasi di bawah jaminan membeku hingga akhir 2007, peraturan akuntansi mengharuskan AIG untuk memberikan nilai “mark to market” pada pertukaran (swap) tersebut. Akan tetapi, api pasar saat itu tidak berfungsi. Cara peraturan akuntansi itu diterapkan dalam situasi yang tidak diperkirakan sebelumnya ini mendorong AIG untuk mengakui puluhan miliar dolar kerugian akuntansi pada kuartal keempat tahun 2007 dan dua kuartal pertama tahun 2008, meskipun, sejauh yang saya ketahui, AIG telah melakukan sedikit pembayaran pertukaran kredit jatuh tempo yang telah ditulisnya dan mayoritas sekuritas yang menjamin penukaran (swap) tersebut masih memiliki grade investasi atau yang lebih baik dari perusahaan pemeringkat.
            Jadi, menurut Willumstad, kehancuran AIG dan upaya penyelamatan yang mengikutinya merupakan hasil dari akuntansi mark to market. Dalam pidato di hari berikutnya, Lynn Turner, mantan kepala akuntan di SEC, berkata, “AIG meyalahkan kejatuhan pada peraturan akuntansi yang mengharuskan untuk mengungkapkan kerugian perusahaan pada investor, Itu sama saja, saudara-saudara, seperti menyalahkan thermometer karena telah menunjukkan bahwa seseorang itu terkena demam karena suhu tubuhnya tinggi.” Pada 10 Oktober 2008, FASB melonggarkan peraturan akuntansi mark to market, membolehkan perusahaan untuk meninggalkan kebiasaan menerbitkan sekuritas jika tidak ada pasar yang siap untuk mereka, dengan keberadaan dan sifat sekuritas tersebut diungkapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar