Irfan Setiaputra Mencari Tantangan Baru
A. Latar
Belakang
Akhir Januari lalu, pelaku industri
teknologi informasi dikejutkan dengan berita pengunduran diri pemimpin puncak
PT Cisco Indonesia, Irfan Setiaputra. Padahal, selama ini Irfan terlihat
menikmati pekerjaannya, bahkan mampu membawa Cisco mengalami pertumbuhan bisnis
hingga tiga kali lipat. “Pengunduran dirinya harus kami terima dengan sangat
berat hati”, kata Christian Hentschel, Managing Director for Emerging Countries
in Asia, Cisco Systems, tak berdaya.
Menurut Christian, Irfan telah membangun
tim yang sangat bagus yang terus berfokus dalam komitmen bagi pelanggan dan
mitra channel di Indonesia. Hal yang sama diungkapkan Kurnijanto E. Sanggono,
Direktur Pemasaran Cisco Indonesia. Di mata Kumijanto, Irfan merupakan sosok
visioner yang juga dapat mengajak rekan-rekannya bekerja sama mewujudkan visi
tersebut. Lalu, mengapa Irfan mundur dari Cisco?
Irfan punya alasan. Pertama, ia sudah
terlalu lama menjadi orang nomor satu di perusahaan tersebut. Hal ini,
menurutnya, akan membuat organisasi jadi tidak sehat. “Organisasi harus
bersifat dinamis sehingga perlu ada perubahan, reorganisasi”, ujarnya.
“Pergantian kepemimpinan dan reorganisasi merupakan sesuatu yang normal”,
tambahnya. Selain itu, ia merasa tidak fair karena banyak teman kerjanya
yang bagus, tapi belum memperoleh kesempatan naik.
Kedua alasan itu yang mendorong Irfan
mencari tantangan baru di lingkungan kerja baru. Awalnya tak mudah. Ketika
secara resmi lepas dari Cisco, Januari 2009, sesungguhnya ia belum tahu ke mana
akan berlabuh. “Saya mau istirahat dulu”, katanya waktu itu. Namun ternyata,
selama masa istirahat ia justru menerima banyak tawaran. Di antaranya, dari
Kementerian BUMN, yang kemudian munculah nama PT Inti.
Irfan goyah. Mendapat tawaran menjadi
Dirut PT Inti membuatnya merasa terhormat. Namun, sebelum akhirnya memutuskan
mengambil tawaran tersebut, pada pertengahan Maret 2009, ia juga
mempertimbangkan apakah value yang dimilikinya cocok dengan BUMN ini.
Menurutnya, kondisi PT Inti saat ini tidak terlalu bagus untuk ukuran sebuah
perusahaan. “Saya tidak mengatakan ada yang salah, tetapi berbeda dari ketika
masa saya menjadi eksekutif di salah satu operator milik swasta dulu”. Ia
mempermasalahkan apakah PT Inti menjalankan bisnisnya dengan benar atau tidak.
“Saya sedang melakukakan pembenahan
budaya, belum pakai konsultan dari luar, untuk melihat ke depan bagaimana”,
ujar Irfan. Ia mengatakan, sebelum mengambil langkah, ia butuh masukan dari
berbagai pihak. Ia percaya banyak “orang bagus” di PT Inti. Untuk mewujudkan
itu perlu penguatan SDM, terutama untuk pemagangan dan penugasan ke luar
negeri. Lumayan banyak mereka yang dikirim ke luar negeri, namun banyak juga
termasuk dalam katagori tidak sukses. Jika dilihat dari segi insentif dan
kesejahteraan yang ditawarkan secara nominal jauh lebih baik dibandingkan
dengan standar lokal. Kondisi lain yang tampaknya yang perlu dilakukan
manajemen PT Inti yang baru adalah perubahan paradigma menuju etos kerja
koorporasi yang berorientasi pada produktivitas daripada budaya yang syarat
muatan “pakeuh” dan “birokrasi”. Kondisi ini tampaknya menimbulkan resistensi
dari berbagai kalangan.
Sebagai seorang manajer, Irfan telah
mengusulkan standar kinerja minimal bagi karyawan, dengan pola 360 derajat. Performance
appraisal system yang akan diterapkan dalam waktu dekat membuat karyawan
lama merasa berada di bawah tekanan pekerjaan yang cukup tinggi, apalagi juga
dikaitkan dengan loyalitas dan disiplin. Issu tentang ancaman punishment
dan mutasi telah beredar di kalangan karyawan, membuat perasaan mereka semakin uncertain.
Irfan sadar bahwa lingkungan kerjanya
saat ini sangat berbeda dari sebelumnya. “Kerja di BUMN punya tantangan
tersendiri. Saya tidak bisa menerapkan seutuhnya yang pernah dilakukan di
Cisco”, katanya. Pengalaman positif di perusahaan swasta akan diteruskan. Salah
satunya, karakter egaliter, karena dengan begitu kedekatan akan terjalin.
Masalah yang bisa memengaruhi perusahaan bisa didengar langsung dari staf,
tidak perlu filter. “Prinsipnya, sepuluh kepala lebih baik daripada satu. Makin
banyak ide, makin bagus. Tetapi ketika sudah diputuskan, yang tanggung jawab
saya”, katanya menandaskan.
B. Pertanyaan Kasus
1. Analisislah
bagaimana pola kepemimpinan dengan dukungan teori! Bagaimana agar kepemimpinan
tersebut membawa kesuksesan terhadap perubahan?
2. Proses
perubahan budaya melibatkan intervensi (change agent). Jika
posisi anda sebagai seorang konsultan organisasi, bagaimana mekanisme yang akan
anda tempuh dalam transformasi budaya?
3. Dalam
penugasan manajer ke luar negeri, para manajer perlu dibekali dengan expatriate
training. Jelaskanlah proses atau tahapan dalam training tersebut dan
kenapa penting dilakukan!
4. Jika
dikaitkan dengan teori motivasi, bagaimana analisis tentang sikap entrepreneur
yang dimiliki oleh Irfan? Jelaskanlah teori motivasi yang mana dianggap paling
mendasari perilaku Irfan?
5. Jelaskanlah
hubungan stimuli (work factors) ð attitudes (affective, cognition, behavior) ð outcomes (emotional, perceptual, action) dalam konsep diri yang
dimiliki oleh Irfan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar