Senin, 21 Oktober 2013

Ekuitas



Ekuitas

            A.    Pendahuluan
Ekuitas adalah modal risiko dasar perusahaan. Modal Ekuitas tidak memiliki jaminan pengembalian dan tidak ada jadwal untuk pembayaran kembali dari investasi. Karakteristik dasar dari modal ekuitas adalah permanen dan dapat diandalkan untuk tetap dapat diinvestasikan.  Akibatnya, dana ekuitas dapat paling dipercaya untuk diinvestasikan dalam aset jangka panjang dan secara umumnya bahwa dana ekuitas dapat terkena risiko potensial yang lebih terbesar. Campuran dari hutang dan ekuitas dalam sebuah perusahaan disebut dengan struktur modal.
           B.     Teori Ekuitas
Teori dapat memberikan suatu kerangka acuan untuk merepresentasikan dan pengukuran informasi yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Tujuan teori adalah untuk memberikan dasar pemikiran atau penjelasan untuk beberapa tindakan. Perlu diingat bahwa adopsi dari teori tertentu dapat mempengaruhi sejumlah prosedur akuntansi dan pelaporan serta teori merupakan titik pandang untuk tujuan akuntansi yang belum tentu sama dengan pandangan hukum perusahaan.
1.   Proprietary Theory (Teori Pemilikan)
Menurut proprietary theory, perusahaan dimiliki oleh beberapa orang atau kelompok tertentu. Kepentingan kepemilikan mungkin diwakili oleh pemilik tunggal, persekutuan, atau beberapa pemegang saham. Assets, liabilities, pendapatan yang diterima meningkatkan kepentingan kepemilikan bersih dan semua beban secara langsung menurunkan kepentingan kepemilikan bersih dalam perusahaan. Teori ini bergantung pada semua keuntungan dan kerugian yang secara langsung menjadi kekayaan dari pemilik. Karena itu badan usaha berdiri semata-mata untuk menjadi alat melaksanakan transaksi bagi para pemilik dan kekayaan bersih atau bagian ekuitas dalam neraca harus dianggap sebagai:
Assets – Liabilities = Proprietorship
Berdasarkan proprietary theory, pelaporan keuangan didasarkan pada anggapan dasar yaitu pemilik merupakan fokus utama laporan keuangan perusahaan. Proprietary theory dapat diterapkan khususnya untuk kepemilikan tunggal dimana pemilik merupakan pengambil keputusan. Ketika bentuk perusahaan menjadi lebih kompleks, kepemilikan dan manajemen dipisah, teori ini menjadi kurang dapat diterapkan. Telah ada upaya agar konsep teori pemilikan ini tetap dipertahankan bagi suatu korporasi, meskipun demikian banyak yang menegaskan bahwa konsep ini tidak memenuhi kebutuhan organisasi berbentuk korporasi. Namun kita masih menemukan kebijakan akuntansi penting yang dapat dibenarkan hanya melalui proprietary theory. Misalnya dalam penghitungan dan dan penyajian angka Earning Per share adalah relevan hanya kalau kita menganggap bahwa penghasilan itu milik pemegang saham sebelum pengumuman dividen.
2.  Entity Theory (Teori Entitas)
Timbulnya organisasi bentuk korporasi, (1) diikuti oleh pemisahan antara kepemilikan dan manajemen, (2) membatasi kewajiban pemilik dan (3) dari definisi bahwa suatu korporasi adalah sebagai suatu pribadi, merupakan faktor pendorong evolusi teori baru pemilikan, salah satunya entity theory. Entity theory dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
Assets = Equities
Entity theory, seperti proprietary theory, bersudut pandang pada perusahaan dan orang-orang yang terlibat dengan operasi perusahaan. Sudut pandang ini meletakkan perusahaan, bukan pemilik, sebagai pusat kepentingan akuntansi dan tujuan pelaporan keuangan. Inti dari teori ini adalah kreditor seperti pemegang saham menyumbangkan sumber daya pada perusahaan, dan perusahan yang berdiri sebagai entitas yang berbeda dan terpisah dari kreditor dan pemegang saham (penyumbang sumber daya). Assets dan liabilities adalah milik perusahaan, bukan milik pemilik. Pendapatan yang diterima menjadi kekayaan entitas, dan beban yang terjadi menjadi kewajiban entitas. Setiap laba merupakan milik entitas, dan menjadi milik pemegang saham hanya ketika dividend diumumkan. Berdasarkan teori ini, semua unsur yang terdapat pada sebelah kanan neraca, kecuali retained earnings (ini milik perusahaan), dipandang sebagai klaim pada assets perusahaan, dan unsur-unsur individu dibedakan berdasarkan pada sifat klaim tersebut. Beberapa unsur diidentifikasi sebagai klaim kreditor dan klaim lainnya sebagai klaim pemilik; namun semuanya merupakan klaim terhadap perusahaan sebagai entity yang terpisah.
3.  Fund Theory  (Teori Dana)
William J. Vatter berpendapat teori pemilikan terlalu sederhana untuk pelaporan perseroan modern. Dia melihat tidak ada dasar yang logis untuk memandang perusahaan sebagai orang pribadi dalam pengertian hukum, dan dia berpendapat bahwa perusahaan merupakan manusia yang diwakilinya. Sebagai suatu alternatif, Vatter menyarankan teori dana (fund theory).
Teori dana berupaya meninggalkan hubungan pribadi yang dianjurkan oleh teori pemilikan dan personalisasi badan usaha yang dianjurkan teori entitas. Pada teori dana, pengukuran penghasilan bersih merupakan masalah kedua dibandingkan dengan pemenuhan kepentingan khusus manajemen, lembaga-lembaga pengawasan masyarakat (seperti instansi-instansi pemerintah), dan keseluruhan proses perluasan kredit dan investasi. Teori dana dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
Aset = Pembatasan Terhadap Aset
Teori ini menjelaskan pelaporan keuangan dari suatu organisasi dalam tiga term yang digarisbawahi, sebagai berikut :
1.     Dana ( Fund ) - suatu daerah perhatian yang didefinisikan sebagai aktivitas dan operasi yang dilingkupinya dari setiap seperangkat pencatatan akuntansi dan di mana seperangkat keseimbangan akuntansi dibuat.
2.    Assets – jasa-jasa dan potensi-potensi ekonomi.
3.    Ristrictions – pembatasan dalam penggunaan assets.
Fitur-fitur tersebut berguna dalam setiap perangkat aktivitas dan fungsi yang sama dalam organisasi, dengan cara demikian tersedia pemisahaan akuntansi untuk setiap area perhatian ekonomi.
Teori dana tidak mendapatkan penerimaan dalam akuntansi keuangan, ini lebih cocok untuk akuntansi pemerintahan. Teori ini agak radikal berangkat dari praktik saat ini, dan penambahan volume pembukuan yang akan diminta mencegah adopsinya. Penggunaan pendekatan dana dalam akuntansi pemerintahaan mengacu pada prinsip pembatasan legal, biasanya membebani dari setiap dana, maka diharuskan pemisahan dari setiap akuntansinya.
4.  Commander Theory
Entity theory mengadopsi titik pandang dari entitas bisnis, padahal proprietary theory mengambil titik pandang pemilik bisnis. Tetapi, pertanyaan Goldberg, “ Apakah titik pandang dari manajer – kekuatan aktivitas dalam..........perusahaan ?”. Goldberg berpendapat bahwa pertanyaan ini sangat penting karena membedakan titik pandang kepentingan sendiri dari pemilik dan manajer dalam perusahaan besar. Faktanya, kaitan dengan pembedaan ini adalah “ seluruh........bidang kajian, berjalan di bawah ‘akuntansi manajemen’ dan literatur yang mendasarinya terus berkembang, di mana penekanan diletakkan pada informasi akuntansi yang memungkinkan mereka (para manajer) untuk menjalankan fungsi dalam pengendalian kekayaan dan peningkatkannya.
Pendekatan commander ditawarkan sebagai pengganti teori proprietary dan equity karena teori ini membantah bahwa tujuan manajer (commander) adalah pada sedikit kesamaan penting untuk pemilik atau entitas. pendekatan proprietary, entity, dan fund menekankan pada orang, personalisasi, dan dana, masing-masing, tetapi teori commander menekankan pada pengendalian. Setiap orang yang memiliki sumber daya yang digunakan dipandang sebagai seorang pemimpin.
Teori commander, tidak seperti pendekatan proprietary,entity, dan fund, dapat diterapkan pada semua bentuk organisasi (perusahaan perseorangan, persekutuan, dan perusahaan). Bentuk organisasi tidak mengingkari penerapan pandangan commander karena commander dapat menangani lebih dari satu identitas dalam organisasi apapun. Dalam perusahaan perseorangan atau perseroan, pemilik kekayaan atau partner adalah pemilik dan pemimpin. Pada bentuk perusahaan, manajer dan pemegang saham adalah pemimpin dalam setiap pemeliharaan pengendalian terhadap sumber daya. (Manajer mengendalikan sumber daya perusahaan, dan pemegang saham mengendalikan pengembalian investasi yang dihasilkan oleh perusahaan.)
Teori commander akan bertentangan dengan gagasan dari pengendalian yang cukup luas yang mengelilingi semua pihak yang berhungan tanpa pengecualaian. Fungsi dari akuntansi, kemudian, mengambil alih elemen kepengurusan, dan pertanyaan dari di mana tambahan arus sumber daya tidak relevan. Faktor yang relevan adalah bagaimana pemimpin mengalokasikan sumber daya untuk keuntungan semua pihak. Tanggung jawab akuntansi mengidentifikasi pendapatan dan biaya yang berada dibawah pengendalaian dari berbagai “pemimpin” yang ada dalam organisasi, dan laporan keuangan organisasi dibentuk untuk menggarisbawahi sumbangan dari setiap level pengendalian terhadap keuntungan perusahaan. Teori commander tidak menimbulkan perubahan radikal dari praktik akuntansi sekarang, dan ini menimbulkan sedikit reaksi terhadap siklus akuntansi.
5.  Enterprise Theory
Berdasarkan teori enterprise, unit bisnis, kebanyakan yang tercatat pada bursa nasional atau regional, dipandang sebagai institusi sosial, menciptakan sumbangan modal memiliki “tujuan umum atau tujuan-tujuan dan, kepastian luasnya, peranan umum.” Manajemen di dalam kerangka kerja ini pada dasarnya memperbaiki hubungan arm’s-length dengan pemilik dan memiliki tanggung jawab utama (1) mendistribusikan dividend yang layak (2) mempertahankan keakraban dengan pekerja, konsumen, dan unit pemerintahan. Karena teori ini hanya dapat digunakan pada isu perdagangan nasional dan regional, biasanya dianggap hanya memiliki dampak minimum dalam teori akuntansi, atau pengembangan prinsip dan praktik akuntansi.
6.  Residual Equity Theory
George J. Staubus mendefinisikan residual equity sebagai “kepemilikan yang pantas dalam kekayaan organisasi yang dapat menyerap efek pada kekayaan tersebut dari setiap kejadian ekonomi yang tidak memiliki perjajian dengan pihak yang berkepentingan.” Di sini, pemegang saham biasa mempertahankan ekuitas sisa dalam perusahaan dengan kebaikan yang memiliki klaim terakhir dari pendapatan, namun mereka adalah pihak yang pertama menanggung kerugian. Pemegang ekuitas sisa keberadaannya vital bagi perusahaan dalam menanngung risiko dan menyediakan jumlah modal yang substansial selama perusahaan berada pada level berkembang. Teori residual equity dirumuskan sebagai berikut:
Assets – specific equities = residual equities
Berdasarkan pendekatan ini, aset sisa, klaim bersih dari pemegang dari equitas khusus (kreditor dan pemegang saham preferred), bertambah untuk pemilik sisa. Dalam kerangka ini, peranan laporan keuangan adalah untuk menyediakan prospektif dan pemilik sisa sekarang dengan informasi mengenai arus sumber daya perusahaan yang dapat mereka nilai klaim sisanya. Manajemen merupakan dampak tanggung jawab kepercayaan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang equitas sisa. Pendapatan yang bertambah bagi pemilik sisa setelah klaim pemegang ekuitas khusus dipertemukan. Selanjutnya, pendapatan pemegang ekuitas khusus, termasuk bunga dan utang serta dividen bagi pemegang saham preferred, akan dikurangkan pada laba bersih sisa. Teori ini konsisten dengan model yang dirumuskan dalam literatur keuangan, dengan penyajian laba per saham dalam laporan keuangan sekarang, dan dengan kerangka kerja konseptual yang menekankan pada kaitan dari proyeksi arus kas. Sama seperti teori fund, commander, dan enterprise, pendekatan residual equity memiliki sedikit perhatian dalam akuntansi keuangan.

            C.    Defenisi Ekuitas
SFAC No. 6 mendefinisikan equitas sebagai sisa kepemilikan. Bagaimanapun sisa kepemilikan yang diuraikan di dalamnya tidak sama dengan equitas sisa yang didefinisikan di atas. Pengertian ini lebih pada perbedaan antara aset dan kewajiban. Konsekuensinya, berdasarkan SFAC No. 6, definisi dan karakteristik ekuitas bergantung pada definisi dan karakteristik aset dan kewajiban. SFAC No. 6 mendefinisikan ekuitas secara keseluruhan tidak mendefinisikan sifat dari elemen-elemen ekuitas. Ini sejalan dengan catatatan bahwa perusahaan mungkin memiliki lebih dari satu kelompok ekuitas, seperti saham biasa dan saham preferen. Ekuitas didefinisikan sebagai perbedaan antara aktiva dan kewajiban, dan kewajiban didefinisikan sebagai kewajiban untuk menyerahkan aset atau menyediakan jasa kepada entitas lain di masa yang akan datang sebagai hasil dari transaksi atau kejadian di masa lalu. Konsekuensinya, berdasarkan definisi SFAC No. 6, perbedaan antara kewajiban dan ekuitas adalah ekuitas tidak mewajibkan entitas untuk menyerahkan sumber daya masa datang atau menyediakan jasa. Tidak ada kewajiban untuk membagi sumber daya kepada pemilik ekuitas sebelum diumumkan oleh dewan direktur kecuali jika entitas dilikuidasi.
Berdasarkan SFAC No. 6, jika instrumen keuangan diterbitkan oleh perusahaan tidak sesuai dengan definisi kewajiban, selanjutnya instrumen tersebut harus diakui sebagai intrumen ekuitas. Tahun 1990 FASB mendiskusikan memorandum pertanyaan apakah definisi dari ekuitas harus dilanjutkan tergantung pada definisi kewajiban atau harus dipisahkan. Jika ekuitas didefinisikan secara terpisah, kemudian kewajiban mungkin menjadi sisa identifikasi antara aset dan ekuitas. Dalam kasus ini, persamaan definisi hubungan antara elemen laporan keuangan menjadi:
Assets – Equity = Liabilities
Secara alternatif, ekuitas mungkin didefinisikan sebagai sisa yang mutlak, sebagaimana berdasarkan teori residual equity dan tiga kategoti yang ditambahkan ke dalam neraca – “quasi-equity.” Kategori quasi-equity yang mungkin termasuk adalah seperti saham preferren atau kepemilikan minoritas. Kategori ini akan mengizinkan akuntan untuk mempertahankan definisi kewajiban dan memperlakukan kategori quasi-equity sebagai sisa. Jika bentuk ini dalam penyajian laporan keuangan ada, kemudian isu lainya harus ditujukan, seperti definisi dari pendapatana. Sebagai contoh, sebagaimana disebutkan sebelumnya, ekuitas sisa didefinisikan dari ekuitas akan menyiratkan bahwa dividen preferren akan mengurangi laba bersih yang ditetapkan.
SFAS No. 150 mengharuskan bahwa kewajiban tertentu yang ada pada sekuritas ekuitas yang diterbitkan entitas diklasifikasikan sebagai kewajiban. Karena kewajiban ini tidak ditemukan dalam definisi kewajiban dalam SFAC No. 6, kewajiban tersebut akan didasarkan pada kerangka kerja konseptual sekarang mengenai ekuitas. Sebagai hasilnya, FASB “ expects to amend Concepts Statement 6 to eliminate that inconsistency.” Dampaknya, FASB merencanakan bahwa definisi kewajiban diperluas untuk memasukkan instrumen keuangan yang lain dianggap ekuitas karena instrumen tersebut bukan kewajiban untuk menyerahkan aset atau menyediakan jasa.

            D.    Perbedaan antara Hutang dan Ekuitas
Hubungan utang jangka panjang perusahaan terhadap ekuitas adalah relevan karena rasio ini secara langsung berkaitan dengan risiko yang terkait dengan investasi di perusahaan "Seperti rasio utang terhadap ekuitas perusahaan meningkat, dari persepsi pasar, tentang risiko berinvestasi di perusahaan. Penting untuk diketahu kriteria yang tepat untuk mengklasifikasikan kewajiban dan ekuitas sehingga pembuat keputusan dipercaya untuk dapat mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan untuk menentukan tingkat risiko yang melekat dalam proyeksi arus masa depan dari waktu ke waktu.
Pada tahun 1986, FASB mengakui pentingnya masalah ini dengan menambahkan proyek pada instrumen keuangan untuk agendanya. Proyek ini awalnya difokuskan pada pengungkapan risiko, sehingga pada tahun 1990 dalam penerbitan SFAF No 105 dan 107. Pernyataan ini ditetapkan persyaratan mengenai pengungkapan catatan kaki dari risiko yang melekat pada instrumen keuangan, terutama mereka yang off-balance sheet resiko. Pada tahun yang sama, FASB mengeluarkan sebuah memorandum diskusi (DM), "Membedakan antara Kewajiban dan Ekuitas dan Instrumen-Instrumen Akuntansi dengan Karakteristik Kedua." Para DM menanyakan apakah perbedaan tajam antara utang dan ekuitas harus dilanjutkan. Dengan kata lain, harus mengikuti teori akuntansi entitas, atau harus akuntansi berusaha untuk mengidentifikasi dan melaporkan secara terpisah unsur hutang dan ekuitas (teori proprietary)? Jika perbedaan ini untuk melanjutkan, keputusan harus dibuat tentang sifat instrumen keuangan mendasar dan cara tepat mengukur dan melaporkan.
Pada tahun 1996, FASB menjawab pada bulan Oktober 2000 menjadi keprihatinan diungkapkan oleh akuntan, regulator, dan lain-lain tentang bagaimana emiten mengklasifikasikan instrumen keuangan dalam posisi keuangan dengan mengeluarkan sebuah draft paparan (ED). Secara khusus, masalah ini difokuskan pada tiga jenis instrumen keuangan:
1.      Instrumen keuangan yang memiliki karakteristik kewajiban, tetapi dilaporkan sebagai ekuitas atau antara kewajiban dan ekuitas.
2.     Instrumen keuangan yang memiliki karakteristik ekuitas, namun disajikan antara kewajiban dan ekuitas.
3.     Instrumen keuangan yang memiliki karakteristik dari kedua kewajiban dan ekuitas, tetapi diklasifikasikan baik sebagai kewajiban atau ekuitas.

ED menanggapi dengan mengusulkan bahwa (1) emiten tidak mengklasifikasikan sebagai kewajiban instrumen keuangan yang tidak memaksakan sebuah kewajiban emiten dan (2) jika komponen instrumen keuangan tidak memaksakan sebuah kewajiban penerbit, penerbit harus mengklasifikasikan komponen keuangan instrumen didasarkan pada kewajiban atau karakteristik ekuitas. Menurut ED, klasifikasi komponen sebagai kewajiban atau ekuitas tergantung pada apakah komponen membebankan suatu kewajiban yang harus diselesaikan dengan pengalihan aset atau apakah hubungan antara penerbit dan pemegang instrumen yang dianggap sebagai hubungan kepemilikan. Pengumuman diusulkan menetapkan bahwa hubungan kepemilikan terjadi ketika instrumen keuangan tidak memerlukan penyelesaian dengan pengalihan aset dan ketika perubahan dalam nilai moneter instrumen yang disebabkan, sama dengan, atau di arah yang sama sebagai perubahan dalam nilai wajar saham ekuitas emiten.
ED menunjukkan bahwa instrumen keuangan yang kompleks yang mengandung setidaknya satu komponen ekuitas dan setidaknya satu komponen kewajiban dipisahkan menjadi komponen ekuitas dan kewajiban. Masalah harga instrumen keuangan maka akan dialokasikan antara komponen berdasarkan nilai wajar relatif. Jika nilai wajar dari salah satu komponen tidak mudah ditentukan, maka nilainya akan ditentukan dengan menggunakan dengan-dan-tanpa dengan metode. Artinya, nilai komponen yang dapat diukur secara andal akan ditentukan dan dikurangkan dari harga penerbitan instrumen keuangan untuk menyediakan suatu ukuran dari nilai wajar jelas dari komponen yang tidak memiliki nilai wajarnya tersedia.
Kemudian, pada tahun 2003, FASB melalui SFAS No 150, "Akuntansi Instrumen Keuangan tertentu dengan Karakteristik Kedua Kewajiban dan Ekuitas." Pernyataan ini mengharuskan perusahaan untuk mencatat dan melaporkan mandatorily redeemable preferred stock (MRPS) sebagai kewajiban pada posisi keuangan mereka, dan dividen pada sekuritas ini sebagai beban bunga. Sebagian besar perusahaan diungkapkan sebelumnya MRPS antara kewajiban dan pemilik ekuitas (yaitu, bagian mezzanine) dari posisi keuangan.
Penebusan ketentuan tentang saham preferen adalah fitur umum dari perjanjian masuk ke antara pemilik bisnis dipegang. Perjanjian ini, yang sering disebut sebagai pemegang saham 'atau perjanjian jual beli, memberikan disposisi pemilik' investasi pada perusahaan setelah pemisahan mereka dari perusahaan, biasanya pada saat pensiun, kematian. Karena tidak ada pasar untuk sekuritas ekuitas perusahaan ditertutup, pemilik atau ahli waris harus bergantung pada perusahaan atau pemilik tersisa untuk menyediakan mereka dengan likuiditas. Penebusan oleh perusahaan biasanya disukai daripada mengharuskan pemilik untuk mendanai pembelian tersisa karena pemilik yang tersisa mungkin tidak memiliki sumber daya keuangan yang diperlukan. Sebelum penerbitan SFAS No 150 ekuitas pemilik yang dituangkan berdasarkan suatu perjanjian jual-beli itu dicatat sebagai ekuitas, bukan utang, dan keberadaan dan ketentuan signifikan dari perjanjian jual-beli ini harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.
Ketentuan SFAS No 150 yang berkaitan dengan MRPS dipandang sebagai berpotensi menghancurkan perusahaan-perusahaan non publik. Sebagian besar perusahaan tersebut, termasuk banyak perusahaan akuntan publik, telah mengeluarkan MRPS. Akibatnya, efek standar dipandang berpotensi menghilangkan kekayaan bersih perusahaan nonpublik yang telah melakukan MRPS. Sebuah surat komentar ke FASB dari Financial Executives Institute berpendapat bahwa penerapan SFAS No 150 kepada perusahaan-perusahaan non publik akan menyajikan gambaran yang terlalu pesimis posisi keuangan entitas yang mungkin mengakibatkan diskualifikasi dari penawaran pada kontrak pribadi atau pencegahan mendapatkan pembiayaan Bank.
Efek utama dari ketentuan SFAS No 150 adalah reklasifikasi beberapa jumlah diungkapkan sebelumnya sebagai ekuitas ke bagian kewajiban neraca perusahaan. Selain itu, reklasifikasi ini dapat menyebabkan penurunan pendapatan bersih yang dilaporkan, karena distribusi kepada investor yang sebelumnya dicatat sebagai dividen sekarang harus dicatat sebagai beban bunga. Sementara efek laporan laba rugi yang menarik, studi ini berfokus pada dampak dari SFAS No 150 ke posisi utang melaporkan dari sampel perusahaan. Sebagaimana dicatat sebelumnya, peningkatan kewajiban dilaporkan dapat membatasi kemampuan perusahaan untuk masalah utang tambahan dan mungkin mengakibatkan pelanggaran perjanjian utang. Tingkat utang perusahaan dapat diukur dengan membandingkan kewajiban terhadap aset dan untuk kewajiban, dan sesuai rasio utang-terhadap-aset dan utang terhadap ekuitas rasio adalah matrik yang digunakan dalam analisis.
         E.     Pelaporan Ekuitas
Perekonomian Amerika ditandai oleh tiga bentuk organisasi bisnis: kepemilikan tunggal, kemitraan, dan perusahaan. Meskipun jumlah kepemilikan tunggal sangat melebihi jumlah kemitraan dan perusahaan di US, jumlah terbesar kegiatan ekonomi dilakukan oleh perusahaan. Fenomena ini karena efisiensi produksi perusahaan dan sistem distribusi. Beberapa keuntungan diperoleh dengan bentuk perusahaan dan membantu menjelaskan kemunculannya. Di antaranya adalah:
1.   Kewajiban terbatas, kerugian seorang pemegang saham atas investasi nya adalah terbatas pada jumlah dari jumlah yang diinvestasikan (kecuali pada tanggal akuisisi, harga pembelian saham yang diperoleh kurang dari nilai nominal mereka). Kreditor tidak mungkin melihat aset pemilik individu untuk pembayaran utang dalam hal jika terjadi likuidasi, seperti yang mungkin dalam kasus kepemilikan tunggal dan kemitraan.
2.  Kontinuitas - Kehidupan korporasi tidak terpengaruh oleh kematian atau pengunduran diri pemilik.
3.  Liikuiditas Investasi - Saham Perusahaan dapat dipertukarkan secara bebas di pasar terbuka. Banyak saham tercatat di national security exchange, dengan demikian meningkatkan pemasaran mereka.
4.  Variasi dari kepentingan kepemilikan - saham perusahaan biasanya mengandung empat hak dasar: hak untuk memilih anggota dewan direksi korporasi dan dengan demikian berpartisipasi dalam pengelolaan, hak untuk menerima dividen, hak untuk menerima aset pada saat likuidasi perusahaan, dan hak memesan efek terlebih dahulu untuk membeli saham tambahan dalam proporsi yang sama untuk kepentingan kepemilikan saat ini jika isu-isu baru dari saham yang dipasarkan. Pemegang Saham mungkin mengorbankan salah satu atau semua hak-hak sebagai imbalan atas hak-hak istimewa. Hal ini menghasilkan class tambahan saham disebut saham preferen, yang mungkin memiliki salah satu atau kedua fitur berikut:
a.      Preferens untuk dividen.
b.      Preferens untuk aset dalam likuidasi.
Secara tradisional, utilitas adalah penerbit terbesar saham preferen karena menjual saham preferen tidak berdampak biaya utang perusahaan. Baru-baru ini, bank dan lembaga keuangan lainnya juga menjadi lebih aktif dalam penawaran saham preferen karena persyaratan federal yang baru. Saham preferen. paling sering diakuisisi oleh investor perusahaan karena aturan pengecualian dividen penyisihan diperbolehkan di bawah IRC
Bentuk organisasi bisnis perusahaan memungkinkan manajemen untuk dipekerjakan spesialis. Para pemilik sehingga memperoleh keahlian yang biasanya tidak tersedia dalam kepemilikan tunggal atau kemitraan. Bukti dari tingkat keuntungan ini dapat ditemukan dalam pertumbuhan sekolah-sekolah bisnis di universitas terbesar. Sebagian besar siswa di program ini dalam pelatihan untuk mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar.
Sebagaimana dicatat sebelumnya, dua jenis utama saham dapat ditemukan dalam setiap perusahaan, saham preferen dan saham biasa. Pemegang saham preferren memperoleh dividen atau aset ketika perusahaan dilikuidasi. Pemegang saham biasa mempertahankan hak-hak dan memiliki klaim sisa laba dan aset dalam likuidasi.
Bagian modal di laporan posisi keuangan suatu perusahaan biasanya dibagi menjadi beberapa komponen. Selain mengungkapkan klaim hukum bahwa berbagai kelompok kepemilikan memiliki terhadap aset perusahaan, pemisahan komponen modal memberikan informasi mengenai sumber-sumber modal, persyaratan dividen, dan prioritas relatif dari berbagai jenis efek ekuitas pada saat terjadi likuidasi perusahaan.
Komponen bagian modal suatu perusahaan diklasifikasikan berdasarkan sumber dengan cara berikut:
I.  Modal Disetor
A.   Modal Yuridis, nilai nyataan, atau hasil keseluruhan jika tanpa nilai nominal atau nilai nyataan keseluruhan  menyertai isu saham.
B.    Tambahan modal disetor-jumlah yang diterima lebih dari nominal atau nilai nyataan
II.Memperoleh modal.
A.   Dialokasikan.
B.    Tidak dialokasikan
III. Pendapatan komprehensif lainnya.
Setiap komponen ini dibahas secara lebih terperinci dalam bagian berikut.

Paid in Capital  -  Modal Disetor
Keuntungan kewajiban terbatas dari bentuk organisasi bisnis perusahaan menetapkan bahwa kreditor mungkin hanya memperhatikan aset-aset perusahaan untuk memenuhi klaim mereka. Undang-undang negara melindungi kreditur umumnya dengan membentuk konsep modal yuridis dari jumlah aset bersih yang tidak dapat dibagikan kepada pemegang saham. Undang-undang ini bervariasi dari negara ke negara, tetapi nominal atau nilai yang dinyatakan dari saham yang beredar umumnya merupakan modal yuridis korporasi. Undang-undang negara umumnya memerlukan modal yuridis yang akan dilaporkan secara terpisah dari jumlah total yang diinvestasikan. Akibatnya, kepemilikan diklasifikasikan sebagai modal saham atau tambahan modal disetor lebih dari nilai nominal. Klasifikasi, tambahan modal disetor, mencakup semua jumlah yang awalnya diterima untuk saham lebih dari nilai nominal atau nyataan

Stock Subscriptions  -  Pemesanan saham
Pada umumnya, pada saat perseroan didirikan atau pada saat melakukan penawaran publik perdana (initial public offering atau IPO), perusahaan telah menetapkan apa yang disebut modal dasar (authorized capital stocks). Dengan autorisasi tersebut perusahaan akan mencetak sertifikat saham. Bila saham telah terjual dan pembeli telah membayar penuh kesepakatannya, sertifikat saham diserahkan kepada pembeli. Atas dasar konsep kesatuan usaha, jumlah rupiah yang diterima perusahaan (kas atau aset lainnya) akan menimbulkan atau diimbangi dengan modal setoran.
        Pada umumnya, investor yang berminat membeli saham perusahaan harus memesan (to subscribe) lebih dahulu saham yang akan dibeli dengan harga sesuai dengan kesepakatan pada saat pemesanan. Secara konseptual, ekuitas pemegang saham bersifat seperti kewajiban. Oleh karena itu, jumlah rupiah saham pesanan dapat diakui sebagai modal setoran hanya apabila kedua syarat berikut dipenuhi:
(1). Jumlah rupiah yang disepakati dalam pemesanan merupakan klaim  yuridis bagi perusahaan terhadap pemesan dan tidak dapat dibatalkan.
(2). Harga pemesanan tersebut akan ditagih penerbit dalam perioda yang cukup pasti dan tidak terlalu lama.
          Syarat (1) menuntut bahwa kesepakatan pemesan merupakan kontrak yang mengikat sehingga menimbulkan piutang pesanan saham (stock sobscription receivable) bagi penerbit yang kalau tidak dipenuhi maka penerbit dapat menuntut secara yuridis untuk dilunasi. Klaim untuk menerima uang yang tidak dapat dibatalkan dilandasi oleh konsep hak-kewajiban tak bersyarat (unconditional right of offsset) yang menyatakan bahwa pihak berkontrak pertama tidak mempunyai kewajiban apapun sebelum pihak kedua memenuhi apa yang menjadi hak pihak pertama. Dalam hal ini, piutang yang tidak dapat dibatalkan merupakan aset bagi penerbit sehingga modal setoran sebagai “kewajiban” dapat diakui.
          Syarat (2) diperlukan agar hak-kewajiban tak bersyarat tidak berlaku sehingga kontrak tidak bersifat eksekutori. Jadi, bila tidak ada kepastian tentang pelaksanaan transaksi penerbitan maka pemesanan tersebut jelas tidak dapat diakui sebagai modal setoran.
          Dalam pelaporan, piutang pesanan saham dikontrakan terhadap modal saham pesanan untuk melanjutkan modal setoran yang sesungguhnya. Selisihnya dengan sendirinya merupakan jumlah rupiah yang benar-benar telah disetor.

Special Features  - Fitur Khusus
Efek lain dari saham biasa dapat berisi fitur yang memungkinkan (1) pemegang efek tersebut untuk menjadi pemegang saham biasa, (2) korporasi untuk reacquire sekuritas ini, atau (3) fluktuasi tingkat pengembalian pada sekuritas. Di antara fitur ini adalah konversi, ketentuan panggilan, ketentuan kumulatif, ketentuan berpartisipasi, dan penebusan-ketentuan. Ketentuan-ketentuan ini ditemukan paling sering pada saham preferen, tetapi beberapa dari mereka juga dapat ditemukan pada utang jangka panjang.
Conversion – Konversi
Sebuah fitur konversi disertakan pada masalah saham preferen untuk membuatnya lebih menarik bagi investor potensial. Biasanya, fitur konversi melekat untuk memungkinkan perusahaan menjual saham yang disukai pada tingkat dividen yang relatif lebih rendah daripada yang ditemukan pada surat berharga lain dengan tingkat resiko yang sama. Tingkat konversi biasanya ditetapkan di atas hubungan saat ini dari nilai pasar saham biasa dengan nilai pasar dari saham konversi disukai. Misalnya, jika saham biasa perusahaan adalah menjual di $ 10 per saham dan saham preferen memiliki harga jual $ 100. Per saham, tingkat konversi mungkin diatur di delapan saham umum untuk satu pilihan. Semua hal lain dianggap sama, maka akan muncul untuk menjadi menguntungkan untuk pilihan - pemegang saham untuk mengkonversi ke umum ketika nilai saham biasa naik di atas $ 12,50 per saham. Namun, itu adalah normal untuk harga pasar dari saham preferen berfluktuasi sebanding dengan harga pasar yang umum, oleh karena itu, investor tidak akan dapat membuat keuntungan hanya dengan mengubah satu tipe keamanan yang lain. Konversi saham yang menarik bagi investor karena rasio pertukaran cenderung untuk mengikat harga pasar dari saham preferen dengan harga pasar dari saham biasa.
Ketika saham preferen dikonversi menjadi saham biasa, perlakuan akuntansi yang tepat adalah untuk mentransfer nilai nominal yang disukai, ditambah proporsional dari setiap tambahan modal disetor pada saham preferen, untuk saham biasa jika jumlah ini berbeda dari nominal atau nilai yang dinyatakan dari saham biasa, itu adalah dibagi antara nilai nominal atau dinyatakan dan tambahan modal disetor-in-modal pada saham biasa.
FASB beredar draf eksposur (DE), yang dijelaskan sebelumnya masuk bab ini, akan memerlukan bahwa penerbit instrumen keuangan yang kompleks mengalokasikan dana diterima di penerbitan ke instrumen itu secara terpisah antara kewajiban dan komponen ekuitas. FASB tidak secara eksplisit memperkenalkan saham preferen konversi, karena fitur konversi dan saham preferen akan komponen terpisah dari instrumen keuangan yang kompleks. Untuk saham preferen konversi, komponen ini kedua komponen ekuitas, dan menurut draft paparan mereka bisa dilaporkan sebagai item tunggal. Namun, jika ketentuan standar yang diusulkan adalah sepenuhnya dilaksanakan, masing-masing fitur juga dapat dilaporkan sebagai komponen terpisah dari ekuitas. Menurut ED, pengukuran komponen individu harus dibuat dengan menggunakan nilai wajar relatif dari komponen-komponen. Namun, nilai wajar dari fitur konversi tidak akan biasanya segera ditentukan. Dalam kasus ini, pengukuran untuk saham preferen konversi akan mengikuti pengukuran ED yang diajukan fitur konversi untuk obligasi konversi. Nilai wajar dari saham preferen (tanpa fitur konversi) akan digunakan untuk nilai dan sisa masalah harga akan dialokasikan ke pilihan untuk mengkonversi. Pengungkapan terpisah dihasilkan dari nilai yang diterima untuk fitur konversi mungkin memiliki informasi content.

Call  Provision
Ketentuan Call  Provision  memungkinkan korporasi untuk reacquire saham preferen di beberapa jumlah yang telah ditetapkan. Korporasi mencakup ketentuan-ketentuan Call  Provision  pada sekuritas karena kondisi masa depan tidak menentu. Kondisi saat ini menentukan laba atas investasi yang akan menarik bagi investor potensial, namun kondisi ini dapat berubah, sehingga perusahaan dapat menawarkan pengembalian yang lebih rendah atas investasi di masa depan. Selain itu, kondisi pasar dapat membuat perlu untuk menjanjikan hubungan utang-ekuitas tertentu pada saat penerbitan. Ketentuan panggilan memungkinkan korporasi untuk mengambil keuntungan dari kondisi yang menguntungkan masa depan dan menunjukkan bagaimana efek mungkin pensiun. Keberadaan dari harga Call Provision cenderung untuk menetapkan batas atas pada harga pasar efek nonconvertible, karena investor biasanya tidak akan cenderung untuk membeli saham yang dapat mengingat sejenak pada harga yang lebih rendah.
Karena ketentuan Call Provision menyampaikan manfaat bagi perusahaan penerbitan, merupakan komponen aset dari instrumen keuangan yang kompleks. Namun, FASB itu ED yang akan memerlukan pengakuan terpisah dari kewajiban dan komponen ekuitas dari instrumen keuangan yang kompleks tidak mengusulkan pengakuan terpisah dan pengukuran nilai Call Provision.
Cumulative Provisions  -  Ketentuan Kumulatif
Pemegang saham preferen biasanya memiliki preferensi untuk dividen. Artinya, tidak ada dividen yang umum dapat dibayarkan dalam satu tahun dibutuhkan sampai semua pilihan-dividen untuk tahun yang dibayar. Biasanya, perusahaan juga termasuk menambahkan perlindungan untuk pemegang saham preferen dalam bentuk ketentuan kumulatif. Ini menyatakan provisionn bahwa jika semua atau setiap bagian dari dividen disukai menyatakan tidak dibayar dalam satu tahun, yang belum dibayar terakumulasi dan harus dibayar dalam tahun-tahun berikutnya sebelum dividen dapat dibayar pada stock umum & Setiap dividen dibayarkan atas saham preferen kumulatif merupakan dividen tunggakan dan harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, meskipun itu bukan kewajiban sampai dewan direksi perusahaan benar-benar menyatakan itu. Dividen tunggakan yang penting dalam memprediksi arus kas masa depan dan sebagai indikator fleksibilitas keuangan dan likuiditas.

Participating Provision  -  Ketentuan Berpartisipasi
Berpartisipasi ketentuan memungkinkan pemegang saham lebih disukai untuk berbagi dividen lebih dari kembali normal dengan pemegang saham biasa. Sebagai contoh, sebuah ketentuan yang berpartisipasi mungkin menunjukkan bahwa saham preferen adalah untuk berpartisipasi dalam dividen secara 1:1 dengan saham biasa pada semua dividen lebih dari $ 5 per saham. Ketentuan ini mengharuskan bahwa setiap pembayaran lebih dari $ 5 per saham kepada pemegang saham umum juga dibuat atas dasar dolar-untuk-dolar untuk setiap saham yang disukai.

Redumption Provision  -  Ketentuan Penebusan
Suatu ketentuan penebusan menunjukkan bahwa pemegang saham dapat menukar saham preferen untuk kas di masa depan. Ketentuan penebusan mungkin termasuk, tanggal jatuh tempo wajib atau mungkin menentukan harga penebusan. jika demikian, instrumen keuangan mewujudkan kewajiban untuk mentransfer aset, dan akan memenuhi definisi kewajiban, daripada ekuitas. SEC mensyaratkan pengungkapan terpisah dari manditorily saham preferen ditarik kembali karena sifat mereka yang terpisah. SFAS No 150 mensyaratkan bahwa suatu instrumen keuangan manditorily diuangkan diklasifikasikan sebagai kewajiban penebusan kecuali diperlukan untuk terjadi hanya pada likuidasi atau penghentian perusahaan yang menerbitkan.
Stock Options and Warrants -  Pilihan Saham dan Waran
Banyak perusahaan memiliki perjanjian dengan karyawan dan pemegang keamanan, opsi saham dan waran disebut saham, yang dapat mengakibatkan penerbitan saham tambahan dari saham biasa. Opsi saham dan perjanjian saham waran dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah saham biasa yang beredar, dan metode akuntansi bagi mereka harus dievaluasi secara cermat.
Stock Option Plans - Opsi Rencana Saham
Rencana opsi saham eksekutif telah menjadi elemen penting dari paket kompensasi untuk pejabat perusahaan. Rencana ini memungkinkan pejabat perusahaan untuk membeli sejumlah saham menyatakan saham pada harga yang ditetapkan untuk beberapa periode yang telah ditentukan. Di masa lalu, rencana saham pilihan yang sangat menguntungkan karena peraturan pajak penghasilan yang dikenakan pajak hasil pada tingkat capital gain ketika sekuritas yang dibeli dengan rencana opsi saham yang dijual. Hukum pajak saat ini telah secara substansial mengurangi keuntungan pajak dari opsi saham. Namun demikian, banyak perusahaan masih menggunakan sebagai bagian dari.paket kompensasi
Rencana total Saham pilihan yang paling berharga ketika harga opsi lebih rendah dari harga pasar. Untuk alasan ini, saham pilihan rencana dipandang sebagai insentif yang mempengaruhi pemegang opsi untuk mencoba untuk meningkatkan nilai perusahaan dan dengan demikian meningkatkan nilai saham biasa perusahaan di pasar saham. Rencana ini memiliki efek yang berpotensi dilutif pada pemegang saham lainnya, karena berolahraga hasil pilihan dalam pemegang saham tambahan klaim terhadap jumlah pendapatan yang sama. Efek dilusi ini relatif potensial versus pengaruh insentif manajemen untuk meningkatkan keuntungan harus diperiksa oleh pemegang saham saat ini dan potensi. Pengukuran tersebut, tentu saja, cukup sulit.
Pada tahun 1972 APB mengulas masalah akuntansi untuk opsi saham dan mengeluarkan Opini APB No 25, "Akuntansi Saham Dikeluarkan kepada Karyawan." Dua jenis rencana didefinisikan, non compensatory dan kompensasi.
Sebuah rencana opsi saham noncompensatory didefinisikan sebagai seseorang tidak terutama dirancang sebagai metode kompensasi, tetapi lebih sumber modal tambahan atau kepemilikan yang lebih luas di kalangan karyawan. Empat karakteristik penting dari rencana noncompensatory didefinisikan: (1) partisipasi dari semua karyawan penuh-waktu, (2) penawaran saham pada dasar yang sama atau sebagai persentase dari gaji yang seragam untuk semua karyawan, (3) waktu yang terbatas untuk pelaksanaan opsi, dan (4) diskon dari harga pasar yang tidak akan berbeda dari penawaran yang masuk akal kepada pemegang saham. Ketika kondisi ini terpenuhi, rencana tidak diskriminasi dalam mendukung karyawan perusahaan, dengan demikian, perusahaan tidak diperlukan untuk merekam setiap beban kompensasi.
Rencana kompensasi opsi saham, di sisi lain, memberikan karyawan sebuah opsi yang tidak ditawarkan kepada semua karyawan atau pemegang saham. Rencana ini melibatkan pencatatan beban, dan waktu pengukuran beban ini dapat sangat mempengaruhi dampaknya terhadap laporan keuangan. Pengukuran enam mungkin tanggal untuk menentukan jumlah beban kompensasi terkait dengan rencana opsi saham awalnya dibahas dalam ARB No 43 yang terakhir dalam Lampiran B untuk Opini APB No 25. Tanggal-tanggal ini:
1.     Tanggal adopsi rencana pilihan
2.    Tanggal opsi yang diberikan kepada individu tertentu.
3.    Tanggal di mana penerima beasiswa telah melakukan berbagai prasyarat untuk pelaksanaan opsi.
4.    Tanggal penerima pertama dapat melaksanakan opsi tersebut.
5.    Tanggal opsi tersebut dilakukan oleh penerima beasiswa.
6.    Tanggal penerima beasiswa membuang saham diperoleh.
Para APB menyimpulkan bahwa beban kompensasi harus diukur pada tanggal pertama yang baik jumlah saham yang akan diterima oleh individu tertentu dan harga opsi diketahui. Dalam kebanyakan kasus, ini akan menjadi tanggal pilihan diberikan kepada individu tertentu. Kompensasi beban adalah sama dengan perbedaan antara harga pasar dari G stoz tanggal pengukuran dan harga karyawan diwajibkan untuk membayar.
Penentuan tanggal pengukuran primer rencana kompensasi opsi saham penting. Dalam beberapa rencana, tanggal hibah itu tanggal pengukuran, dan, karenanya, jumlah kompensasi lutut Dalam rencana lain tanggal pengukuran lambat tanggal hibah = biaya kompensasi tahunan harus diperkirakan.
Jika tanggal dari hibah dan tanggal pengukuran kompensasi, sama dan opsi saham biasa ditetapkan untuk jumlah total biaya kompensasi. Biaya kompensasi ditangguhkan adalah offset terhadap opsi saham biasa dalam bagian ekuitas pemegang saham dan biaya diamortisasi selama masa manfaat. Dalam hal tanggal pengukuran lambat tanggal hibah, biaya total kompensasi tidak dapat diukur tepat pada tanggal-hibah. Oleh karena itu, beban kompensasi tahunan diperkirakan, dan opsi saham biasa dicatat selama setiap periode hingga pengukuran tanggal tercapai.
Kadang-kadang, opsi saham yang tersedia tidak dapat dilakukan. Dalam hal pilihan tidak dilaksanakan sebelum tanggal kedaluwarsa, beban kompensasi diakui sebelumnya tidak terpengaruh, namun, pada tanggal jatuh tempo, nilai opsi saham biasa direkam sebelumnya ditransfer ke tambahan modal disetor.
Alasan untuk penggunaan Opini APB No 25 tanggal pengukuran adalah bahwa hal itu bertepatan dengan tanggal bahwa korporasi berkomitmen untuk sejumlah tertentu saham. Karena saham bisa saja dijual di pasar daripada disisihkan untuk karyawan, perbedaan antara nilai pasar dari saham dan harga opsi pada tanggal berkomitmen merupakan biaya kesempatan yang terkait dengan opsi-opsi dan dengan demikian total kompensasi. Argumen alternatif, dalam mendukung Opini APB No 25 tanggal pengukuran, bergantung pada teori ekonomi tenaga kerja. Dari perspektif karyawan, kontrak karyawan untuk jasa berdasarkan jumlah produk pendapatan marjinal yang mereka sediakan. Dengan demikian, karyawan menerima pilihan sebagai pengganti upah saat ini. Akibatnya, perbedaan antara harga pasar saat ini dan pilihan saham merupakan kompensasi karyawan.
Nilai utama dari investasi ini terletak di antara nol - hingga harga pasar tidak pernah melebihi harga dan pilihan yang sangat besar kembali-ketika harga pasar naik jauh di atas harga opsi. Beberapa akuntan telah menganjurkan merekam nilai pilihan pada nilai yang diharapkan yang terletak di antara dua ekstrem. Namun, prosedur ini akan menghasilkan penilaian lebih subyektif. Pencatatan dan pengukuran rencana opsi saham biasa pasti akan terus menjadi isu kontroversial dalam waktu dekat. Selain itu, inovasi terbaru menggunakan leverage dan saham preferen memiliki menambah kompleksitas rencana opsi saham karyawan.
SFAS No. 123R 
Akuntan banyak yang percaya bahwa prosedur untuk mengenali opsi saham biasa di bawah ketentuan Opini APB No 25 di laporan laba rugi dan valuasi neraca. Mereka mempertahankan bahwa karyawan menerima stock options yang menerima investasi dalam perusahaan sebagai pengganti kompensasi uang tunai tambahan. Sebagai contoh, pada tahun 1984, Walt Disney. Perusahaan memberikan opsi saham kepada ketua dewan, Michael Eisner. Pilihan ini memungkinkan dia untuk membeli saham di sekitar $ 57,44 perlembar. Pada tahun 1992, ketika ia menjalankan sebagian besar pilihan-Nya, nilai split-disesuaikan saham telah meningkat menjadi sekitar $ 646,00 Akibatnya, Eisner menyadari keuntungan lebih dari $ 126.900.000. Namun, aturan akuntansi di tempat pada saat itu tidak memerlukan Disney untuk melaporkan biaya apapun pada saat opsi diberikan "Sebagai akibat dari situasi serupa, beberapa organisasi yang tertarik dalam pengembangan standar akuntansi. FASB diminta untuk mempertimbangkan kembali persyaratan pelaporan yang terkandung dalam APB Opinion No 25.
Karena pilihan yang umumnya diberikan untuk memotivasi kinerja masa depan, harga pilihan adalah hampir selalu pada harga pasar pada pilihan waktu diberikan dengan tanggal kedaluwarsa 10 tahun "Sebagai hasilnya., Ketentuan Opini APB No 25 jarang mengakibatkan perusahaan rekaman beban kompensasi saham ketika opsi diberikan. Ketidakkonsistenan dan penggunaan meningkatnya rencana opsi saham sebagai bentuk kompensasi karyawan menyebabkan FASB untuk mempertimbangkan kembali akuntansi untuk opsi saham.
SFAS  No 123R memiliki sejarah panjang dan evolusioner. Sejauh kembali sebagai 1984, FASB mengeluarkan undangan untuk mengomentari masalah opsi saham dan antara waktu dan 1988 FASB dibahas subjek. Namun, meskipun Dewan awalnya datang kesepakatan bahwa opsi saham adalah bentuk kompensasi karyawan, tidak bisa disepakati tentang cara untuk memperhitungkan biaya mereka. Kemudian pada tahun 1992, FASB mengangkat lagi isu tersebut dan pada tahun 1993 mengeluarkan sebuah draft eksposur menegaskan kembali posisi Dewan bahwa opsi saham adalah bentuk kompensasi karyawan yang harus diperkirakan sebesar nilai wajarnya.
FASB menerima lebih dari 1.700 surat mengomentari draft paparan yang terutama keberatan untuk perlakuan baru yang diusulkan. Para penentang mengklaim bahwa hasilnya akan menjadi biaya dramatis terhadap laba yang akan memiliki efek merugikan pada daya saing dan inovasi, dan mungkin juga memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan perusahaan memutuskan untuk menghentikan rencana saham mereka pilihan. Selanjutnya, pada tahun 1993, Senator Joseph Lieberman memperkenalkan RUU di Kongres yang akan memerintahkan SEC mengharuskan bahwa tidak ada beban kompensasi dilaporkan pada laporan laba rugi untuk rencana opsi saham. RUU ini bisa menjadi preseden berbahaya bagi campur tangan dalam operasi FASB.
Oposisi yang kuat untuk posisi FASB dipaksa untuk berkompromi. Pada tahun 1995 Dewan dirilis SFAS 123, "Akuntansi Kompensasi Berbasis Saham." Pernyataan ini mendorong perusahaan untuk mengenali nilai estimasi opsi saham sebagai beban, tetapi beban ini diperbolehkan untuk diungkapkan dalam catatan kaki laporan keuangan. Namun, FASB mendesak perusahaan untuk secara sukarela mengungkapkan nilai wajar dari beban kompensasi yang terkait dengan opsi saham dalam laporan keuangan mereka.
Kritik dari kebutuhan pengungkapan catatan kaki menjadi lebih vokal di awal 2000-an karena keprihatinan luas atas praktik akuntansi penipuan di perusahaan dituduh melakukan penipuan (misalnya, Enron, Tyco, dan WorldCom). Dalam beberapa situasi ini, perusahaan menggunakan opsi saham untuk menghindari membayar pajak AS, sementara melebih-lebihkan laba, dan perusahaan eksekutif yang memegang opsi saham substansial termotivasi untuk artifisial mengembang harga saham untuk keuntungan finansial mereka sendiri.
Opsi saham perusahaan membantu. menghindari membayar pajak karena ketika mereka berjalan, perusahaan mengambil potongan pajak untuk perbedaan antara karyawan yang dibayar untuk saham dan nilai saat ini. Tetapi di bawah aturan akuntansi yang berlaku pada saat itu, perusahaan tidak memperlakukan transaksi opsi saham sebagai beban. Sebagai contoh, Microsoft memiliki penghematan pajak sebesar $ 2,7 miliar, manfaat pajak opsi saham selama periode 1996-1998. Penghematan ini terutama disebabkan oleh fakta bahwa manfaat pajak opsi saham tergantung pada seberapa banyak saham perusahaan sudah naik nilainya. Akibatnya, penghematan pajak sangat besar dalam industri teknologi tinggi yang meningkat secara substansial penilaian pasar selama periode tiga tahun yang sama.
Pengungkapan yang timbul dari kasus ini meningkatkan permintaan untuk transparansi dalam pelaporan perusahaan. FASB menanggapi masalah ini dengan merilis SFAS No 123R pada bulan Desember 2004. Pernyataan ini mengharuskan perusahaan mengeluarkan opsi saham untuk memperkirakan beban kompensasi yang timbul dari pemberian opsi saham dengan menggunakan metode nilai wajar dan mengungkapkan beban kompensasi ini diperkirakan pada laporan laba rugi mereka.
Berdasarkan metode nilai wajar, perusahaan mengukur nilai masa depan yang diharapkan dari opsi saham dengan menggunakan model seperti yang dikembangkan oleh Fisher Black dan Myron Scholes. Tetapi SFAS No 123R mendorong perusahaan untuk menggunakan model kisi binomial. Kedua model menggunakan input dasar yang sama:
1.     Harga saham yang mendasari
2.    Tingkat bunga bebas risiko
3.    Strike price.
4.    Dividend yield
5.    Volatilitas
6.    harga saham perusahaan yang diharapkan
Istilah yang diharapkan dari opsi Perbedaan antara model adalah bahwa metode kisi binomial memungkinkan perusahaan untuk mengubah parameter. Hal ini mempertimbangkan bahwa dalam setiap periode harga saham dapat meningkat atau menurun. Selain itu, sementara Black-Scholes Model mengasumsikan bahwa pemegang opsi tidak akan exercise sampai akhir periode pilihan, model kisi binomial memungkinkan untuk exercise awal. Hasil model yang binomial kisi dalam sejumlah hasil potensial yang saat ini nilai-nilai yang disimpulkan pada tingkat bebas risiko pengembalian. Nilai-nilai ini kemudian rata-rata untuk sampai pada nilai wajar opsi.
Oposisi untuk SFAS  No 123R masih berlangsung hingga saat ini. Pada tahun 2006, mencatat 27 ekonom dan pemimpin bisnis, termasuk Nobel Milton ekonom pemenang Hadiah Friedman dan mantan pejabat kabinet George Schultz, mengeluarkan kertas posisi menentang ketentuan SFAS No 123R. Penandatangan ini kertas posisi menentang SFAS No 123R karena mereka percaya bahwa pengeluaran opsi saham karyawan adalah akuntansi yang tidak tepat yang mengakibatkan kerugian serius dari laporan keuangan perusahaan yang pengguna berbasis luas rencana pilihan. Selain itu, mereka percaya bahwa garis bawah aturan kerusakan perusahaan baru, mengkompromikan kemampuan mereka untuk menarik karyawan berbakat, dan membuat mereka kurang kompetitif terhadap pesaing asing yang tidak menghadapi requirements  sama.

Stock Warrants  -  Saham Waran
Waran saham adalah sertifikat yang memungkinkan pemegang saham untuk mengakuisisi saham pada harga tertentu dalam periode dinyatakan. Sertifikat ini umumnya dikeluarkan di bawah salah satu dari dua kondisi:
1.     Sebagai bukti hak pemegang saham saat ini preemptive untuk membeli saham tambahan dari saham biasa dari masalah saham baru dalam proporsi persentase kepemilikan mereka saat ini.
2.    Sebagai inducement awalnya melekat pada hutang atau saham preferen untuk meningkatkan daya jual efek tersebut.
Dalam praktek saat ini, akuntansi untuk hak memesan efek terlebih dahulu dari pemegang saham yang ada tidak menciptakan masalah, khususnya. Waran dicatat hanya sebagai memorandum dalam catatan akuntansi formal. Dalam hal waran jenis ini dilakukan nilai saham yang dikeluarkan diukur pada jumlah uang dipertukarkan.
Waran yang melekat pada sekuritas dilepas lainnya membutuhkan penilaian yang terpisah karena mereka dapat diperdagangkan di pasar terbuka. Jumlah yang akan dihubungkan dengan jenis waran tergantung pada nilai di pasar sekuritas. Nilai mereka diukur dengan menentukan hubungan persentase dari harga-surat perintah dengan harga pasar total secutitas dan waran, dan menerapkan persentase ini untuk hasil dari masalah keamanan. Prosedur ini harus diikuti apakah waran terkait dengan obligasi atau saham preferen.
Dalam Opini APB No 14, APB mendukung pendekatan ini ketika menyatakan,
Dewan berpendapat bahwa bagian dari hasil surat utang yang diterbitkan dengan dilepas saham waran pembelian yang berlaku untuk waran harus diperhitungkan sebagai modal disetor. Alokasi harus didasarkan pada nilai wajar relatif dari dua sekuritas pada saat issuance.
Jika waran tersebut dilakukan, nilai mereka akan ditambahkan ke kas yang diterima untuk sampai pada nilai tercatat saham biasa. Dalam hal waran tidak dilaksanakan dalam masa yang ditetapkan, porsi biaya keamanan dialokasikan ke waran akan tetap pada buku sebagai modal disetor.

Retained Earnings  -   Laba ditahan
Pembatasan hukum di kebanyakan negara memungkinkan perusahaan untuk membayar dividen hanya bila ada akumulasi, laba yang tidak dibagikan. Pembatasan ini telah mengakibatkan pelaporan-modal yang diperoleh sebagai komponen ekuitas pemilik terpisah dari modal disetor. Meskipun beberapa negara memungkinkan dividen dari modal disetor dalam hal defisit, manajemen perusahaan umumnya tidak ingin menguras modal, dan distribusi jenis ini jarang terjadi.
Laba ditahan mewakili akumulasi laba bersih sebuah perusahaan yang belum didistribusikan sebagai dividen. Hal ini juga harus dicatat bahwa akumulasi laba ditahan tidak berarti bahwa sebuah perusahaan memiliki kas yang tersedia yang dapat digunakan untuk membayar dividen. Akumulasi laba memungkinkan perusahaan untuk mendistribusikan dividen; dana kas yang sebenarnya untuk membayar dividen tersebut harus tersedia atau diperoleh dari sumber lain.
Dalam banyak kasus saldo laba ditahan diungkapkan pada laporan keuangan dibagi menjadi beberapa bagian dialokasikankan dan yang tidak dialokasikan. Laba ditahan dialokasikan terdiri bahwa sebagian dari laba ditahan yang tidak tersedia untuk mendistribusikan sebagai dividen. Alokasi mungkin timbul dari pembatasan hukum, pembatasan kontrak, atau keputusan internal. Namun, suatu pengalokasian tidak menyediakan dana yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang dinyatakan, dan dapat dikatakan bahwa pengungkapan ini mungkin sama efektifnya dengan catatan kaki.
Stock Deviden  -  Dividen Saham
Sebagaimana dicatat sebelumnya, perusahaan mungkin telah mengumpulkan laba tetapi tidak memiliki dana yang tersedia untuk mendistribusikan laba sebagai dividen kas kepada pemegang saham. Dalam kasus tersebut, perusahaan dapat memilih untuk mendistribusikan sebagian sahamnya sendiri saham sebagai dividen kepada pemegang saham saat ini. Distribusi jenis ini disebut dividen saham. Ketika dividen saham yang relatif kecil, terhadap jumlah saham yang beredar, laba ditahan tersebut dikurangi dengan nilai pasar saham yang didistribusikan. Modal saham dan tambahan modal disetor meningkat dengan nilai nominal saham dan kelebihan apapun, masing-masing. Secara teori, dividen saham yang relatif kecil tidak akan mempengaruhi nilai pasar ditetapkan sebelumnya. Alasan di balik saham distribusi dividen adalah bahwa pemegang saham akan menerima saham tambahan dengan nilai yang sama per saham seperti yang sebelumnya dipegang. Namun demikian, dividen saham tidak menerima income. Mereka mewakili tidak ada distribusi aset perusahaan kepada pemilik dan hanya reklasifikasi kepentingan kepemilikan.

Stock Splits – Pecahan Saham
Sebuah prosedur yang agak mirip dengan dividen saham, tetapi dengan tujuan yang berbeda, adalah stock split. Metode yang paling ekonomis membeli dan menjual saham di pasar saham di blok dari 100 saham, dan praktek ini mempengaruhi daya jual saham. Semakin tinggi harga sebuah saham individu, lebih sedikit jumlah orang yang mampu membeli saham di blok 100. Untuk alasan ini, banyak perusahaan mencari terlalu mempertahankan harga saham mereka dalam rentang tertentu. Ketika harga naik di atas kisaran itu, perusahaan dapat memutuskan untuk menerbitkan saham tambahan untuk semua pemegang saham yang ada (atau split saham). Dalam pemecahan saham, pemegang saham masing-masing menerima beberapa menyatakan jumlah saham saat ini dipegang (biasanya dua atau tiga untuk satu), yang menurunkan harga pasar per saham. Dalam teori, ini harga yang lebih rendah harus setara dengan membagi harga saat ini oleh beberapa saham split, tetapi variabel-variabel intervensi di pasar sering mempengaruhi harga secara bersamaan. Sebuah stock split tidak menyebabkan perubahan dalam bagian ekuitas pemegang saham, kecuali untuk meningkatkan jumlah saham beredar yang sebenarnya dan mengurangi nilai nominal per saham atau dinyatakan. Tidak ada nilai tambahan yang ditugaskan untuk saham saham yang diterbitkan dalam stock split karena tidak ada distribusi aset atau reklasifikasi kepemilikan terjadi.
Sebuah pertanyaan kadang-kadang muncul adalah apakah dividen saham dalam kenyataannya stock split dan harus diperlakukan sesuai. Dalam dividen saham, tidak ada perubahan materi dalam harga pasar saham diantisipasi, sedangkan pemecahan saham dilaksanakan khusus untuk mengubah harga pasar saham. Sebuah dividen saham besar menyebabkan harga pasar untuk penurunan terlepas dari terminologi yang melekat pada distribusi. Sebuah aturan praktis adalah bahwa jika dividen saham setidaknya 20 sampai 25 persen dari saham yang beredar, distribusi harus dicatat dalam cara yang mirip dengan stock split. Distribusi saham sebesar ini diistilahkan dividen saham besar. Ketika dividen saham besar dideklarasikan, praktek standar adalah untuk memanfaatkan jumlah laba ditahan sama dengan nilai nominal saham yang diterbitkan.

Treasury Stock
Modal dapat dikurangi dengan secara resmi pembelian kembali dan membatalkan saham terhutang dari saham, namun, korporasi informal dapat mengurangi modal dengan membeli saham di pasar terbuka tanpa membatalkan mereka. Saham-saham dibeli kembali ini disebut treasury stock. Perolehan kembali saham perusahaan itu sendiri mengurangi aset dan ekuitas pemegang saham dan hasil dalam batasan yuridis pada laba ditahan. Jumlah saham yang dibeli kembali biasanya terbatas oleh jumlah laba ditahan perusahaan.
Secara umum, teori keuangan menafsirkan pengumuman pembelian kembali saham sebagai indikasi bahwa manajemen memandang mereka sebagai underpriced dalam Selain itu marketplace. Dalam perusahaan mungkin reacquire sahamnya sendiri dalam rangka untuk menawarkan pilihan saham pada karyawan.
Dua metode akuntansi untuk saham treasury ditemukan dalam praktek saat ini: metode biaya dan metode nilai nominal. Berdasarkan metode biaya, anggapan adalah bahwa saham yang diperoleh akan dijual kembali, dan dua peristiwa diasumsikan: (1) pembelian saham oleh perusahaan dan (2) penerbitan kembali ke pemegang saham baru. Membeli kembali saham dicatat pada biaya, dan jumlah ini diungkapkan sebagai ekuitas negatif 'dengan memotong dari total modal saham sampai dijual kembali. Karena transaksi saham treasury adalah transaksi dengan pemilik, perbedaan antara harga perolehan dan harga penjualan umumnya diperlakukan sebagai penyesuaian atas modal disetor (kecuali tambahan cukup modal disetor tidak tersedia untuk mengimbangi setiap "kerugian"; sedemikian kasus laba ditahan dikenai biaya).
Berdasarkan metode nilai nominal, diasumsikan bahwa hubungan korporasi dengan-original pemegang saham berakhir. Transaksi ini dalam substansi pensiun, maka, saham dianggap konstruktif pensiun. Oleh karena itu modal yuridis dan tambahan modal disetor dikurangi untuk masalah harga asli saham membeli kembali. Setiap perbedaan antara harga penerbitan asli dan harga perolehan kembali diperlakukan sebagai penyesuaian atas tambahan modal disetor (kecuali saldo yang mencukupi tidak tersedia untuk menutupi "kerugian" dan laba ditahan dikenai biaya). Nilai nominal saham adalah membeli kembali disclosed sebagai pengurang dari modal saham sampai saham treasury yang diterbitkan kembali.
Persyaratan pengungkapan untuk treasury stock dalam laporan keuangan tidak jelas didefinisikan oleh prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Sebagai contoh,

Opini APB No 6 menyatakan:
Ketika saham perusahaan adalah diperoleh untuk tujuan selain pensiun (formal atau konstruktif), atau ketika disposisi akhir belum diputuskan, biaya saham yang diperoleh dapat ditampilkan secara terpisah, sebagai pengurang dari saham total modal, surplus modal, dan saldo laba, atau mungkin diberikan perlakuan akuntansi yang sesuai untuk saham pensiun, atau di beberapa keadaan dapat ditampilkan sebagai suatu asset.
Opini ini, pada dasarnya, memungkinkan untuk hampir setiap presentasi perbendaharaan saham yang diinginkan oleh perusahaan dan mengabaikan alasan untuk akuisisi saham. Modal saham jelas bukan aset karena perusahaan tidak dapat memiliki dirinya sendiri, dan dividen tidak dibayar pada saham keuangan. Demikian pula, "keuntungan" dan "kerugian" pada transaksi saham treasury tidak harus dilaporkan pada laporan laba rugi karena kemungkinan manipulasi income dan keuntungan dan kerugian karena tidak dapat hasil dari investasi oleh pemilik atau distribusi kepada pemilik. Presentasi saham treasury atas laporan keuangan harus diulas oleh FASB, dan presentasi yang lebih dekat menyerupai tujuan dari akuisisi saham treasury harus diperlukan

Other Comprehensive Income -  Pendapatan Komprehensif Lainnya
Item dicatat sebagai pendapatan komprehensif lainnya muncul dari peristiwa tidak terhubung dengan penerbitan saham atau laba operasi diarahkan normal perusahaan. Mereka hasil dari kebutuhan untuk mengakui aset atau pertukaran nilai barang lainnya posisi keuangan yang telah dikeluarkan dari komponen income oleh badan otoritatif. Masalah pengakuan untuk item ini dibahas di tempat lain dalam teks. Contoh-contoh utama dari pendapatan komprehensif lainnya adalah (1) keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi atas investasi pada efek hutang dan ekuitas yang diklasifikasikan sebagai efek tersedia untuk dijual (dibahas dalam Bab 8) dan (2) keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi akibat pertukaran dari investasi tertentu di anak perusahaan asing (dibahas dalam Bab 16). Meskipun item yang tidak termasuk dalam pendapatan GAAP bawah saat ini, mereka didefinisikan dalam SFAS No 133 sebagai komponen dari komprehensif Income.

Quisi–Reorganization - Kuasi-reorganisasi
Sebuah perusahaan yang menderita kerugian selama jangka waktu yang mungkin merasa sulit untuk menarik modal baru. Artinya, debtholders dan pemegang saham ingin menerima laba atas investasi mereka, tetapi periode operasi tidak menguntungkan dapat membatasi kemampuan perusahaan untuk menawarkan bunga dan pembayaran dividen. Hal ini terutama berlaku bagi pemegang saham yang tidak dapat menerima dividen kecuali ada laba ditahan positif keseimbangan.
Dalam beberapa kasus reorganisasi perusahaan diperbolehkan berdasarkan ketentuan hukum negara mungkin mencoba sebagai alternatif untuk kebangkrutan. Situasi ini disebut kuasi reorganisasi, dan perusahaan diberikan sebuah awal baru dengan menghilangkan saldo defisit laba ditahan dan menulis setiap aset dinilai terlalu tinggi. Jika kuasi reorganisasi dilakukan, perusahaan jelas harus mengungkapkan rencananya untuk pemegang saham dan menerima persetujuan formal mereka.
Modigliani dan Miller menemukan bahwa pembayaran dividen sebenarnya tidak mempengaruhi nilai pasar dari suatu perusahaan, sementara kemampuan untuk membayar dividen tidak mempengaruhi nilai pasar perusahaan. Sebuah kuasi-reorganisasi memberikan perusahaan kemampuan untuk membayar dividen lebih cepat dari itu akan mampu tanpa kuasi-reorganisasi, dan reorganisasi kuasi-positif dapat mempengaruhi nilai pasar perusahaan direorganisasi. Oleh karena itu, perusahaan yang tidak mampu membayar dividen karena laba ditahan negatif akan mampu meningkatkan modal baru lebih ekonomis jika pertama kali terlibat dalam reorganisasi kuasi.
Langkah-langkah yang terlibat dalam reorganisasi adalah kuasi:
  1. Aset ditulis ke nilai pasar wajar mereka terhadap laba ditahan atau tambahan modal disetor.
  2. Defisit laba ditahan adalah dieliminasi dengan tambahan modal disetor atau modal yuridis.
  3. Dipertahankan nol laba keseimbangan adalah tanggal, dan tanggal ini akan disimpan melepaskannya kehilangan signifikansi (biasanya lima sampai sepuluh tahun).
F.     Analisis Keuangan Equity Pemegang Saham
Analisis keuangan pengembalian investasi diperkenalkan pada Bab 7. Pengembalian pada rasio aset mengukur pengembalian rata-rata investasi untuk investor terlepas dari hubungan mereka dengan perusahaan. Rasio ini didasarkan pada teori entitas dalam hal tidak membedakan antara investor dan laporan tentang kinerja perusahaan secara keseluruhan. Sebuah rasio bahwa laporan pada kinerja perusahaan dari sudut pandang pemegang saham biasa adalah tingkat pengembalian ekuitas pemegang saham biasa (ROCSE). Rasio ini didasarkan pada teori kepemilikan dalam biaya pinjaman dianggap pengeluaran daripada laba atas investasi dan dihitung sebagai:
ROCSE    = Net income available to common shareholders
Average common stockholders' equity
ROCSE ini dipengaruhi oleh profitabilitas dan sejauh mana perusahaan memaksimalkan leverage keuangan. Sebagaimana dibahas dalam Bab 11, leverage keuangan meningkatkan tingkat pengembalian kepada pemegang saham biasa apabila hasil proyek investasi lebih besar dari biaya dana yang dipinjam. ROCSE Hershey meningkat dari 51,81 persen pada tahun 2004 menjadi 56,71 persen pada tahun 2005. Tingkat pengembalian ini adalah jauh lebih tinggi daripada tingkat pengembalian ukuran aset 15.09 persen untuk tahun 2005 yang digambarkan dalam Bab 7. Mereka juga jauh lebih tinggi dibanding rata-rata industri 20,92. ROCSEs Tootsie Roll's 11,35 dan 11,71 persen untuk tahun pajak 2005 dan 2004, masing-masing, lebih rendah dari rata-rata industri. Selain itu, kembali disesuaikan Tootsie Roll di rasio aset untuk tahun 2005 adalah 9,72%, sedikit lebih rendah dari ROCSEs untuk dua tahun.
Sejak ROCSE mengukur kembali ke pemegang saham biasa, dengan the numera harus dikurangi dengan dividen kepada pemegang saham disukai. Baik Tootsie Roll maupun Hershey memiliki pemegang saham lebih disukai. Namun, kedua perusahaan memiliki saham Kelas B umum. Karena saham tersebut mirip dengan saham pilihan, sebuah piaure lebih baik kembali ke saham biasa akan mengecualikan dividen mereka dari pembilang dan klaim mereka untuk ekuitas dari denominator. Penghapusan efek saham Kelas B untuk Hershey hanya memiliki efek kecil pada ROCSE perusahaan. Ada informasi yang tersedia untuk melakukan penyesuaian serupa untuk Tootsie Roll.
Perusahaan menggunakan leverage keuangan dapat dievaluasi dengan menghitung rasio struktur keuangan (FSR). Rasio ini menunjukkan proporsi aset perusahaan  yang sedang dibiayai oleh para pemegang saham dan dihitung sebagai:
FSR =          Avarage Assets
                                         Avarage Common Stockholder Eqiuty
Rasio ini menunjukkan bahwa penggunaan perusahaan 'hasil leverage keuangan dalam. tingkat pengembalian kepada pemegang saham biasa yang melebihi apa yang masing-masing perusahaan mendapatkan pada  semua aktiva. 

           G.    Standar Akuntansi Internasional
IASB telah membahas masalah berikut yang berkaitan dengan ekuitas pemegang saham (1) penyajian ekuitas pada laporan keuangan "Kerangka" dan (2) pembayaran berbasis saham dalam IFRS No 2.
Dalam "Kerangka untuk Persiapan dan Penyajian Laporan Keuangan," menunjukkan preferensi untuk IASC teori eksklusif ketika menyatakan, "Ekuitas adalah hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban." IASC kemudian mengindikasikan ekuitas yang mungkin subclassified untuk mengungkapkan jumlah yang disumbangkan oleh pemegang saham, saldo laba, cadangan, dan penyesuaian modal pemeliharaan. Sub-klasifikasi ini dipandang sebagai relevan dengan. pengambilan keputusan kebutuhan pengguna laporan keuangan karena mereka menunjukkan adanya pembatasan hukum saat ini dan mungkin mencerminkan kenyataan bahwa kepemilikan yang berbeda memiliki hak yang berbeda. Pada bulan Februari 2004, IASB mengeluarkan aturan yang mewajibkan pengeluaran opsi saham pada 1 Januari 2005.
Tujuan IFRS, No 2 "Pembayaran Berbasis Saham," adalah untuk menentukan pelaporan keuangan oleh entitas untuk efek berbasis saham transaksi pembayaran, termasuk biaya yang berhubungan dengan transaksi di mana opsi saham yang diberikan kepada karyawan. IFRS No 2 memerlukan suatu entitas untuk mengenali berbasis saham transaksi pembayaran dalam laporan keuangan, termasuk transaksi dengan karyawan atau pihak lain yang akan diselesaikan secara tunai, aset lainnya, atau instrumen ekuitas dari suatu entitas.
IFRS No 2 mengatur prinsip-prinsip pengukuran dan persyaratan khusus untuk tiga jenis transaksi pembayaran berbasis saham:
1.      Ekuitas - transaksi pembayaran diselesaikan berbasis saham, di mana entitas menerima barang atau jasa sebagai pertimbangan untuk instrumen ekuitas entitas (termasuk saham atau opsi saham);
2.     Kas - transaksi pembayaran diselesaikan berbasis saham, di mana entitas memperoleh barang atau jasa oleh kewajiban menimbulkan ke pemasok barang-barang atau jasa untuk jumlah yang didasarkan pada harga (atau nilai) saham entitas atau instrumen ekuitas lainnya entitas, dan
3.     Transaksi di mana entitas menerima atau memperoleh barang atau jasa dan hal pengaturan menyediakan baik entitas atau pemasok barang-barang atau jasa dengan pilihan apakah entitas mengendapankan transaksi secara tunai atau dengan menerbitkan instrumen ekuitas.
Untuk ekuitas diselesaikan untuk transaksi pembayaran berbasis saham, IFRS membutuhkan entitas untuk mengukur barang atau jasa yang diterima, dan peningkatan yang sesuai dalam ekuitas, langsung, pada nilai wajar dari barang atau jasa yang diterima, kecuali bahwa nilai wajar tidak dapat diperkirakan secara andal.
Untuk kas diselesaikan berbasis saham transaksi pembayaran, IFRS membutuhkan entitas untuk mengukur barang atau jasa yang diperoleh dan kewajiban yang terjadi pada nilai wajar kewajiban. Sampai kewajiban tersebut diselesaikan, entitas diharuskan untuk diukur kembali ke nilai wajar kewajiban pada setiap tanggal pelaporan dan pada tanggal penyelesaian, dengan perubahan nilai diakui dalam laporan laba rugi periode berjalan.
Untuk saham pembayaran berbasis transaksi di mana hal pengaturan menyediakan baik entitas atau pemasok barang. atau layanan dengan pilihan apakah entitas mengedepankan transaksi secara tunai atau dengan menerbitkan instrumen ekuitas, entitas diharuskan untuk memperhitungkan bahwa transaksi, atau komponen transaksi ,sebagai kas diselesaikan dengan transaksi saham berbasis pembayaran jika, dan sejauh itu, entitas telah timbul kewajiban untuk menyelesaikan secara tunai (atau aset lainnya), atau sebagai transaksi pembayaran berbasis saham ekuitas menetap jika, dan sejauh itu, tidak ada kewajiban tersebut telah dikeluarkan. IFRS No 2 juga mengatur berbagai persyaratan pengungkapan untuk memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk memahami:
a.     sifat dan tingkat berbasis saham pengaturan pembayaran yang ada selama periode;
b.     bagaimana nilai wajar dari barang atau jasa yang diterima, atau nilai wajar instrumen ekuitas yang diberikan, selama periode ditentukan, dan
c.      efek berbasis saham transaksi pembayaran pada keuntungan entitas atau: rugi untuk periode dan posisi keuangan.


2 komentar:

  1. Mantabs.. thx udah membantu sekali karena ga keburu lagi baca Godfrey :)

    BalasHapus
  2. ini menurut buku nya siapa ya kalo boleh taau??

    BalasHapus