Ekuitas
A. Pendahuluan
Ekuitas
adalah modal risiko dasar perusahaan. Modal Ekuitas tidak memiliki jaminan
pengembalian dan tidak ada jadwal untuk pembayaran kembali dari investasi. Karakteristik
dasar dari modal ekuitas adalah permanen dan dapat diandalkan untuk tetap dapat diinvestasikan. Akibatnya, dana ekuitas dapat paling
dipercaya untuk diinvestasikan dalam aset jangka panjang dan secara umumnya
bahwa dana ekuitas dapat terkena risiko potensial yang lebih terbesar. Campuran
dari hutang dan ekuitas dalam sebuah perusahaan disebut dengan struktur modal.
B. Teori Ekuitas
Teori dapat
memberikan suatu kerangka acuan untuk merepresentasikan dan pengukuran
informasi yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Tujuan teori adalah untuk
memberikan dasar pemikiran atau penjelasan untuk beberapa tindakan. Perlu diingat
bahwa adopsi dari teori tertentu dapat mempengaruhi sejumlah prosedur akuntansi
dan pelaporan serta teori merupakan titik pandang untuk tujuan akuntansi yang
belum tentu sama dengan pandangan hukum perusahaan.
1.
Proprietary Theory (Teori
Pemilikan)
Menurut proprietary theory, perusahaan
dimiliki oleh beberapa orang atau kelompok tertentu. Kepentingan kepemilikan
mungkin diwakili oleh pemilik tunggal, persekutuan, atau beberapa pemegang
saham. Assets, liabilities, pendapatan yang diterima
meningkatkan kepentingan kepemilikan bersih dan semua beban secara langsung
menurunkan kepentingan kepemilikan bersih dalam perusahaan. Teori ini
bergantung pada semua keuntungan dan kerugian yang secara langsung menjadi
kekayaan dari pemilik. Karena itu badan usaha berdiri semata-mata untuk menjadi
alat melaksanakan transaksi bagi para pemilik dan kekayaan bersih atau bagian
ekuitas dalam neraca harus dianggap sebagai:
Assets – Liabilities =
Proprietorship
Berdasarkan proprietary
theory, pelaporan keuangan didasarkan pada anggapan dasar yaitu pemilik
merupakan fokus utama laporan keuangan perusahaan. Proprietary theory dapat
diterapkan khususnya untuk kepemilikan tunggal dimana pemilik merupakan
pengambil keputusan. Ketika bentuk perusahaan menjadi lebih kompleks,
kepemilikan dan manajemen dipisah, teori ini menjadi kurang dapat diterapkan.
Telah ada upaya agar konsep teori pemilikan ini tetap dipertahankan bagi suatu
korporasi, meskipun demikian banyak yang menegaskan bahwa konsep ini tidak
memenuhi kebutuhan organisasi berbentuk korporasi. Namun kita masih menemukan
kebijakan akuntansi penting yang dapat dibenarkan hanya melalui proprietary
theory. Misalnya dalam penghitungan dan dan penyajian angka Earning Per
share adalah relevan hanya kalau kita menganggap bahwa penghasilan itu milik
pemegang saham sebelum pengumuman dividen.
2. Entity
Theory (Teori Entitas)
Timbulnya organisasi bentuk korporasi, (1) diikuti
oleh pemisahan antara kepemilikan dan manajemen, (2) membatasi kewajiban pemilik
dan (3) dari definisi bahwa suatu korporasi adalah sebagai suatu pribadi,
merupakan faktor pendorong evolusi teori baru pemilikan, salah satunya entity
theory. Entity theory dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
Assets = Equities
Entity theory, seperti proprietary theory, bersudut
pandang pada perusahaan dan orang-orang yang terlibat dengan operasi
perusahaan. Sudut pandang ini meletakkan perusahaan, bukan pemilik, sebagai
pusat kepentingan akuntansi dan tujuan pelaporan keuangan. Inti dari teori ini
adalah kreditor seperti pemegang saham menyumbangkan sumber daya pada
perusahaan, dan perusahan yang berdiri sebagai entitas yang berbeda dan
terpisah dari kreditor dan pemegang saham (penyumbang sumber daya). Assets dan
liabilities adalah milik perusahaan, bukan milik pemilik. Pendapatan yang
diterima menjadi kekayaan entitas, dan beban yang terjadi menjadi kewajiban
entitas. Setiap laba merupakan milik entitas, dan menjadi milik pemegang saham
hanya ketika dividend diumumkan. Berdasarkan teori ini, semua unsur yang
terdapat pada sebelah kanan neraca, kecuali retained earnings (ini milik
perusahaan), dipandang sebagai klaim pada assets perusahaan, dan unsur-unsur
individu dibedakan berdasarkan pada sifat klaim tersebut. Beberapa unsur
diidentifikasi sebagai klaim kreditor dan klaim lainnya sebagai klaim pemilik;
namun semuanya merupakan klaim terhadap perusahaan sebagai entity yang
terpisah.
3. Fund
Theory (Teori Dana)
William J.
Vatter berpendapat teori pemilikan terlalu sederhana untuk pelaporan perseroan
modern. Dia
melihat tidak ada dasar yang logis untuk memandang
perusahaan sebagai orang pribadi dalam pengertian hukum, dan dia berpendapat
bahwa perusahaan merupakan manusia yang diwakilinya. Sebagai suatu alternatif,
Vatter menyarankan teori dana (fund theory).
Teori dana
berupaya meninggalkan hubungan pribadi yang dianjurkan oleh teori pemilikan dan
personalisasi badan usaha yang dianjurkan teori entitas. Pada teori dana,
pengukuran penghasilan bersih merupakan masalah kedua dibandingkan dengan pemenuhan
kepentingan khusus manajemen, lembaga-lembaga pengawasan masyarakat (seperti
instansi-instansi pemerintah), dan keseluruhan proses perluasan kredit dan
investasi. Teori dana dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
Aset = Pembatasan Terhadap Aset
Teori
ini menjelaskan pelaporan keuangan dari suatu organisasi dalam tiga term yang
digarisbawahi, sebagai berikut :
1.
Dana ( Fund ) - suatu daerah
perhatian yang didefinisikan sebagai aktivitas dan operasi yang dilingkupinya
dari setiap seperangkat pencatatan akuntansi dan di mana seperangkat
keseimbangan akuntansi dibuat.
2.
Assets – jasa-jasa dan
potensi-potensi ekonomi.
3.
Ristrictions – pembatasan dalam
penggunaan assets.
Fitur-fitur tersebut berguna dalam setiap perangkat
aktivitas dan fungsi yang sama dalam organisasi, dengan cara demikian tersedia
pemisahaan akuntansi untuk setiap area perhatian ekonomi.
Teori dana tidak mendapatkan
penerimaan dalam akuntansi keuangan, ini lebih cocok untuk akuntansi
pemerintahan. Teori ini agak radikal berangkat dari praktik saat ini, dan
penambahan volume pembukuan yang akan diminta mencegah adopsinya. Penggunaan
pendekatan dana dalam akuntansi pemerintahaan mengacu pada prinsip pembatasan
legal, biasanya membebani dari setiap dana, maka diharuskan pemisahan dari setiap
akuntansinya.
4. Commander
Theory
Entity theory mengadopsi titik pandang dari entitas
bisnis, padahal proprietary theory mengambil titik pandang pemilik bisnis.
Tetapi, pertanyaan Goldberg, “ Apakah titik pandang dari manajer – kekuatan
aktivitas dalam..........perusahaan ?”. Goldberg berpendapat bahwa pertanyaan
ini sangat penting karena membedakan titik pandang kepentingan sendiri dari
pemilik dan manajer dalam perusahaan besar. Faktanya, kaitan dengan pembedaan
ini adalah “ seluruh........bidang kajian, berjalan di bawah ‘akuntansi
manajemen’ dan literatur yang mendasarinya terus berkembang, di mana penekanan
diletakkan pada informasi akuntansi yang memungkinkan mereka (para manajer)
untuk menjalankan fungsi dalam pengendalian kekayaan dan peningkatkannya.
Pendekatan commander ditawarkan sebagai pengganti
teori proprietary dan equity karena teori ini membantah bahwa tujuan manajer
(commander) adalah pada sedikit kesamaan penting untuk pemilik atau entitas.
pendekatan proprietary, entity, dan fund menekankan pada orang, personalisasi,
dan dana, masing-masing, tetapi teori commander menekankan pada pengendalian.
Setiap orang yang memiliki sumber daya yang digunakan dipandang sebagai seorang
pemimpin.
Teori commander, tidak seperti pendekatan
proprietary,entity, dan fund, dapat diterapkan pada semua bentuk organisasi
(perusahaan perseorangan, persekutuan, dan perusahaan). Bentuk organisasi tidak
mengingkari penerapan pandangan commander karena commander dapat menangani
lebih dari satu identitas dalam organisasi apapun. Dalam perusahaan
perseorangan atau perseroan, pemilik kekayaan atau partner adalah pemilik dan
pemimpin. Pada bentuk perusahaan, manajer dan pemegang saham adalah pemimpin
dalam setiap pemeliharaan pengendalian terhadap sumber daya. (Manajer mengendalikan
sumber daya perusahaan, dan pemegang saham mengendalikan pengembalian investasi
yang dihasilkan oleh perusahaan.)
Teori commander akan bertentangan dengan gagasan
dari pengendalian yang cukup luas yang mengelilingi semua pihak yang berhungan
tanpa pengecualaian. Fungsi dari akuntansi, kemudian, mengambil alih elemen
kepengurusan, dan pertanyaan dari di mana tambahan arus sumber daya tidak
relevan. Faktor yang relevan adalah bagaimana pemimpin mengalokasikan sumber
daya untuk keuntungan semua pihak. Tanggung jawab akuntansi mengidentifikasi
pendapatan dan biaya yang berada dibawah pengendalaian dari berbagai “pemimpin”
yang ada dalam organisasi, dan laporan keuangan organisasi dibentuk untuk
menggarisbawahi sumbangan dari setiap level pengendalian terhadap keuntungan
perusahaan. Teori commander tidak menimbulkan perubahan radikal dari praktik
akuntansi sekarang, dan ini menimbulkan sedikit reaksi terhadap siklus
akuntansi.
5. Enterprise
Theory
Berdasarkan teori enterprise, unit bisnis,
kebanyakan yang tercatat pada bursa nasional atau regional, dipandang sebagai
institusi sosial, menciptakan sumbangan modal memiliki “tujuan umum atau
tujuan-tujuan dan, kepastian luasnya, peranan umum.” Manajemen di dalam
kerangka kerja ini pada dasarnya memperbaiki hubungan arm’s-length dengan
pemilik dan memiliki tanggung jawab utama (1) mendistribusikan dividend yang
layak (2) mempertahankan keakraban dengan pekerja, konsumen, dan unit
pemerintahan. Karena teori ini hanya dapat digunakan pada isu perdagangan
nasional dan regional, biasanya dianggap hanya memiliki dampak minimum dalam
teori akuntansi, atau pengembangan prinsip dan praktik akuntansi.
6. Residual
Equity Theory
George J. Staubus mendefinisikan residual equity
sebagai “kepemilikan yang pantas dalam kekayaan organisasi yang dapat menyerap
efek pada kekayaan tersebut dari setiap kejadian ekonomi yang tidak memiliki
perjajian dengan pihak yang berkepentingan.” Di sini, pemegang saham biasa
mempertahankan ekuitas sisa dalam perusahaan dengan kebaikan yang memiliki klaim
terakhir dari pendapatan, namun mereka adalah pihak yang pertama menanggung
kerugian. Pemegang ekuitas sisa keberadaannya vital bagi perusahaan dalam
menanngung risiko dan menyediakan jumlah modal yang substansial selama
perusahaan berada pada level berkembang. Teori residual equity dirumuskan
sebagai berikut:
Assets – specific
equities = residual equities
Berdasarkan pendekatan ini, aset sisa, klaim bersih dari
pemegang dari equitas khusus (kreditor dan pemegang saham preferred), bertambah
untuk pemilik sisa. Dalam kerangka ini, peranan laporan keuangan adalah untuk
menyediakan prospektif dan pemilik sisa sekarang dengan informasi mengenai arus
sumber daya perusahaan yang dapat mereka nilai klaim sisanya. Manajemen
merupakan dampak tanggung jawab kepercayaan untuk memaksimalkan kekayaan
pemegang equitas sisa. Pendapatan yang bertambah bagi pemilik sisa setelah klaim pemegang ekuitas khusus
dipertemukan. Selanjutnya, pendapatan pemegang ekuitas khusus, termasuk bunga
dan utang serta dividen bagi pemegang saham preferred, akan dikurangkan pada
laba bersih sisa. Teori ini konsisten dengan model yang dirumuskan dalam
literatur keuangan, dengan penyajian laba per saham dalam laporan keuangan
sekarang, dan dengan kerangka kerja konseptual yang menekankan pada kaitan dari
proyeksi arus kas. Sama seperti teori fund, commander, dan enterprise,
pendekatan residual equity memiliki sedikit perhatian dalam akuntansi keuangan.
C. Defenisi Ekuitas
SFAC No. 6 mendefinisikan
equitas sebagai sisa kepemilikan. Bagaimanapun sisa kepemilikan yang diuraikan
di dalamnya tidak sama dengan equitas sisa yang didefinisikan di atas.
Pengertian ini lebih pada perbedaan antara aset dan kewajiban. Konsekuensinya,
berdasarkan SFAC No. 6, definisi dan karakteristik ekuitas bergantung pada definisi
dan karakteristik aset
dan kewajiban. SFAC No. 6 mendefinisikan ekuitas secara keseluruhan tidak
mendefinisikan sifat dari elemen-elemen ekuitas. Ini sejalan dengan catatatan
bahwa perusahaan mungkin memiliki lebih dari satu kelompok ekuitas, seperti
saham biasa dan saham preferen. Ekuitas didefinisikan sebagai perbedaan antara
aktiva dan kewajiban, dan kewajiban didefinisikan sebagai kewajiban untuk
menyerahkan aset atau menyediakan jasa kepada entitas lain di masa yang akan
datang sebagai hasil dari transaksi atau kejadian di masa lalu. Konsekuensinya,
berdasarkan definisi SFAC No. 6, perbedaan
antara kewajiban dan ekuitas adalah ekuitas tidak mewajibkan entitas untuk
menyerahkan sumber daya masa datang atau menyediakan jasa. Tidak ada
kewajiban untuk membagi sumber daya kepada pemilik ekuitas sebelum diumumkan
oleh dewan direktur kecuali jika entitas dilikuidasi.
Berdasarkan SFAC No. 6, jika
instrumen keuangan diterbitkan oleh perusahaan tidak sesuai dengan definisi
kewajiban, selanjutnya instrumen tersebut harus diakui sebagai intrumen
ekuitas. Tahun 1990 FASB mendiskusikan memorandum pertanyaan apakah definisi
dari ekuitas harus dilanjutkan tergantung pada definisi kewajiban atau harus
dipisahkan. Jika ekuitas didefinisikan secara terpisah, kemudian kewajiban
mungkin menjadi sisa identifikasi antara aset
dan ekuitas. Dalam kasus ini, persamaan definisi hubungan antara elemen laporan
keuangan menjadi:
Assets – Equity =
Liabilities
Secara alternatif, ekuitas
mungkin didefinisikan sebagai sisa yang mutlak, sebagaimana berdasarkan teori
residual equity dan tiga kategoti yang ditambahkan ke dalam neraca –
“quasi-equity.” Kategori quasi-equity yang mungkin termasuk adalah seperti
saham preferren atau kepemilikan minoritas. Kategori ini akan mengizinkan akuntan
untuk mempertahankan definisi kewajiban dan memperlakukan kategori quasi-equity
sebagai sisa. Jika bentuk ini dalam penyajian laporan keuangan ada, kemudian
isu lainya harus ditujukan, seperti definisi dari pendapatana. Sebagai contoh,
sebagaimana disebutkan sebelumnya, ekuitas sisa didefinisikan dari ekuitas akan
menyiratkan
bahwa dividen preferren akan mengurangi laba bersih yang ditetapkan.
SFAS No. 150 mengharuskan bahwa
kewajiban tertentu yang ada pada sekuritas ekuitas yang diterbitkan entitas diklasifikasikan
sebagai kewajiban. Karena kewajiban ini tidak ditemukan dalam definisi
kewajiban dalam SFAC No. 6, kewajiban tersebut akan didasarkan pada kerangka
kerja konseptual sekarang mengenai ekuitas. Sebagai hasilnya, FASB “ expects to
amend Concepts Statement 6 to eliminate that inconsistency.” Dampaknya, FASB
merencanakan bahwa definisi kewajiban diperluas untuk memasukkan instrumen
keuangan yang lain dianggap ekuitas karena instrumen tersebut bukan kewajiban
untuk menyerahkan aset
atau menyediakan jasa.
D. Perbedaan antara Hutang dan Ekuitas
Hubungan utang jangka
panjang perusahaan terhadap ekuitas adalah relevan karena rasio ini secara
langsung berkaitan dengan risiko yang terkait dengan investasi di perusahaan
"Seperti rasio utang terhadap ekuitas perusahaan meningkat, dari persepsi pasar, tentang risiko berinvestasi di perusahaan. Penting untuk
diketahu kriteria yang tepat untuk mengklasifikasikan kewajiban dan ekuitas sehingga
pembuat keputusan dipercaya untuk
dapat mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan saat ini dan untuk menentukan tingkat risiko yang melekat dalam proyeksi arus
masa depan dari waktu ke waktu.
Pada tahun 1986, FASB
mengakui pentingnya masalah ini dengan menambahkan proyek pada instrumen
keuangan untuk agendanya. Proyek ini awalnya difokuskan pada pengungkapan
risiko, sehingga pada tahun 1990 dalam penerbitan SFAF No 105 dan
107. Pernyataan ini ditetapkan persyaratan mengenai pengungkapan catatan kaki
dari risiko yang melekat pada instrumen keuangan, terutama mereka yang
off-balance sheet resiko. Pada tahun yang sama, FASB mengeluarkan sebuah
memorandum diskusi (DM), "Membedakan antara Kewajiban dan Ekuitas dan
Instrumen-Instrumen Akuntansi dengan Karakteristik Kedua." Para DM menanyakan
apakah perbedaan tajam antara utang dan ekuitas harus dilanjutkan. Dengan kata lain, harus mengikuti teori
akuntansi entitas, atau harus akuntansi berusaha untuk mengidentifikasi dan
melaporkan secara terpisah unsur hutang dan ekuitas (teori proprietary)?
Jika perbedaan ini untuk melanjutkan, keputusan harus dibuat tentang sifat
instrumen keuangan mendasar dan cara tepat mengukur dan melaporkan.
Pada tahun 1996, FASB menjawab pada bulan Oktober 2000 menjadi
keprihatinan diungkapkan oleh akuntan, regulator, dan lain-lain tentang bagaimana
emiten mengklasifikasikan instrumen keuangan dalam posisi keuangan dengan mengeluarkan sebuah draft paparan (ED). Secara khusus, masalah
ini difokuskan pada tiga jenis instrumen keuangan:
1.
Instrumen keuangan yang memiliki karakteristik kewajiban, tetapi dilaporkan
sebagai ekuitas atau antara kewajiban dan ekuitas.
2.
Instrumen keuangan yang memiliki karakteristik ekuitas, namun disajikan
antara kewajiban dan ekuitas.
3.
Instrumen keuangan yang memiliki karakteristik dari kedua kewajiban dan
ekuitas, tetapi diklasifikasikan baik sebagai kewajiban atau ekuitas.
ED menanggapi dengan mengusulkan bahwa (1) emiten
tidak mengklasifikasikan sebagai kewajiban instrumen keuangan yang tidak
memaksakan sebuah kewajiban emiten dan (2) jika komponen instrumen keuangan tidak
memaksakan sebuah kewajiban penerbit, penerbit harus mengklasifikasikan
komponen keuangan instrumen didasarkan pada kewajiban atau karakteristik
ekuitas. Menurut ED, klasifikasi komponen sebagai kewajiban atau ekuitas
tergantung pada apakah komponen membebankan suatu kewajiban yang harus
diselesaikan dengan pengalihan aset atau apakah hubungan antara penerbit dan
pemegang instrumen yang dianggap sebagai hubungan kepemilikan. Pengumuman
diusulkan menetapkan bahwa hubungan kepemilikan terjadi ketika instrumen
keuangan tidak memerlukan penyelesaian dengan pengalihan aset dan ketika
perubahan dalam nilai moneter instrumen yang disebabkan, sama dengan, atau di
arah yang sama sebagai perubahan dalam nilai wajar saham ekuitas emiten.
ED menunjukkan bahwa instrumen keuangan yang
kompleks yang mengandung setidaknya satu komponen ekuitas dan setidaknya satu
komponen kewajiban dipisahkan menjadi komponen ekuitas dan kewajiban. Masalah
harga instrumen keuangan maka akan dialokasikan antara komponen berdasarkan
nilai wajar relatif. Jika nilai wajar dari salah satu komponen tidak mudah
ditentukan, maka nilainya akan ditentukan dengan menggunakan dengan-dan-tanpa dengan metode.
Artinya, nilai komponen yang dapat diukur secara andal akan ditentukan dan
dikurangkan dari harga penerbitan instrumen keuangan untuk menyediakan suatu
ukuran dari nilai wajar jelas dari komponen yang tidak memiliki nilai wajarnya
tersedia.
Kemudian, pada tahun 2003, FASB melalui SFAS No 150,
"Akuntansi Instrumen Keuangan tertentu dengan Karakteristik Kedua
Kewajiban dan Ekuitas." Pernyataan ini mengharuskan perusahaan untuk
mencatat dan melaporkan mandatorily redeemable preferred stock (MRPS) sebagai kewajiban pada posisi keuangan mereka, dan dividen pada sekuritas ini sebagai beban bunga. Sebagian besar
perusahaan diungkapkan sebelumnya MRPS antara kewajiban dan pemilik
ekuitas (yaitu, bagian mezzanine) dari posisi keuangan.
Penebusan ketentuan tentang saham preferen adalah
fitur umum dari perjanjian masuk ke antara pemilik bisnis dipegang. Perjanjian
ini, yang sering disebut sebagai pemegang saham 'atau perjanjian jual beli,
memberikan disposisi pemilik' investasi pada perusahaan setelah pemisahan
mereka dari perusahaan, biasanya pada saat pensiun, kematian. Karena tidak ada
pasar untuk sekuritas ekuitas perusahaan ditertutup, pemilik atau ahli waris harus
bergantung pada perusahaan atau pemilik tersisa untuk menyediakan mereka dengan
likuiditas. Penebusan oleh perusahaan biasanya disukai daripada mengharuskan
pemilik untuk mendanai pembelian tersisa karena pemilik yang tersisa mungkin
tidak memiliki sumber daya keuangan yang diperlukan. Sebelum penerbitan SFAS No
150 ekuitas pemilik yang dituangkan berdasarkan suatu perjanjian jual-beli itu
dicatat sebagai ekuitas, bukan utang, dan keberadaan dan ketentuan signifikan
dari perjanjian jual-beli ini harus dijelaskan dalam catatan atas laporan
keuangan.
Ketentuan SFAS No 150 yang berkaitan dengan MRPS dipandang sebagai
berpotensi menghancurkan perusahaan-perusahaan non publik. Sebagian besar perusahaan tersebut, termasuk banyak perusahaan akuntan publik, telah mengeluarkan MRPS. Akibatnya, efek standar
dipandang berpotensi menghilangkan kekayaan bersih perusahaan nonpublik yang
telah melakukan MRPS. Sebuah
surat komentar ke FASB dari Financial Executives Institute berpendapat bahwa penerapan SFAS No 150
kepada perusahaan-perusahaan non publik
akan menyajikan gambaran yang terlalu pesimis posisi keuangan entitas yang mungkin mengakibatkan
diskualifikasi dari penawaran
pada kontrak pribadi atau pencegahan mendapatkan pembiayaan
Bank.
Efek utama dari ketentuan SFAS
No 150 adalah
reklasifikasi beberapa jumlah diungkapkan sebelumnya sebagai ekuitas ke bagian kewajiban neraca
perusahaan. Selain itu, reklasifikasi ini dapat menyebabkan penurunan pendapatan bersih yang dilaporkan,
karena distribusi kepada investor
yang sebelumnya dicatat sebagai dividen sekarang harus dicatat
sebagai beban bunga. Sementara
efek laporan laba rugi yang menarik, studi ini berfokus pada dampak dari SFAS No 150 ke posisi utang melaporkan dari
sampel perusahaan. Sebagaimana
dicatat sebelumnya, peningkatan
kewajiban dilaporkan dapat membatasi kemampuan perusahaan untuk masalah utang tambahan dan mungkin mengakibatkan pelanggaran perjanjian utang.
Tingkat utang perusahaan
dapat diukur dengan membandingkan
kewajiban terhadap aset dan untuk kewajiban, dan sesuai rasio utang-terhadap-aset dan utang terhadap
ekuitas rasio adalah matrik yang
digunakan dalam analisis.
E. Pelaporan Ekuitas
Perekonomian Amerika ditandai oleh tiga bentuk organisasi bisnis: kepemilikan tunggal, kemitraan, dan perusahaan. Meskipun jumlah kepemilikan tunggal sangat melebihi jumlah kemitraan dan
perusahaan di US, jumlah terbesar kegiatan ekonomi dilakukan oleh perusahaan. Fenomena ini karena efisiensi produksi perusahaan dan sistem distribusi. Beberapa keuntungan diperoleh dengan bentuk perusahaan dan membantu menjelaskan kemunculannya. Di antaranya adalah:
1.
Kewajiban terbatas, kerugian seorang pemegang
saham atas investasi nya adalah
terbatas pada jumlah dari jumlah yang diinvestasikan (kecuali pada tanggal akuisisi, harga pembelian saham yang diperoleh kurang dari nilai nominal mereka). Kreditor tidak
mungkin melihat aset
pemilik individu untuk pembayaran utang dalam hal jika terjadi likuidasi, seperti yang mungkin
dalam kasus kepemilikan tunggal dan
kemitraan.
2. Kontinuitas - Kehidupan
korporasi tidak terpengaruh oleh kematian atau pengunduran
diri pemilik.
3. Liikuiditas Investasi - Saham Perusahaan dapat
dipertukarkan secara bebas di pasar terbuka. Banyak saham tercatat di national security exchange, dengan demikian meningkatkan pemasaran
mereka.
4. Variasi dari
kepentingan kepemilikan - saham perusahaan biasanya mengandung empat hak dasar: hak untuk memilih anggota dewan direksi
korporasi dan dengan demikian berpartisipasi dalam pengelolaan, hak untuk menerima dividen, hak untuk menerima aset pada saat likuidasi
perusahaan, dan hak memesan efek
terlebih dahulu untuk membeli saham tambahan dalam proporsi yang sama untuk
kepentingan kepemilikan saat ini jika isu-isu baru dari saham yang dipasarkan.
Pemegang Saham mungkin mengorbankan salah satu atau semua hak-hak sebagai
imbalan atas hak-hak istimewa. Hal ini menghasilkan class tambahan saham disebut saham preferen, yang
mungkin memiliki salah satu atau kedua fitur berikut:
a.
Preferens untuk dividen.
b.
Preferens untuk aset dalam likuidasi.
Secara
tradisional, utilitas adalah penerbit terbesar saham preferen karena menjual
saham preferen tidak berdampak biaya utang perusahaan. Baru-baru ini, bank dan lembaga keuangan
lainnya juga menjadi lebih aktif dalam penawaran saham preferen karena
persyaratan federal yang baru. Saham preferen. paling sering diakuisisi oleh
investor perusahaan karena aturan pengecualian dividen penyisihan diperbolehkan
di bawah IRC
Bentuk
organisasi bisnis perusahaan memungkinkan manajemen untuk dipekerjakan spesialis. Para pemilik sehingga memperoleh
keahlian yang biasanya tidak tersedia dalam kepemilikan tunggal atau kemitraan.
Bukti dari tingkat keuntungan ini dapat ditemukan dalam pertumbuhan
sekolah-sekolah bisnis di universitas terbesar. Sebagian besar siswa di program ini dalam
pelatihan untuk mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar.
Sebagaimana
dicatat sebelumnya, dua jenis utama saham dapat ditemukan dalam setiap
perusahaan, saham preferen dan saham
biasa. Pemegang saham preferren memperoleh dividen atau aset ketika perusahaan dilikuidasi. Pemegang saham biasa mempertahankan hak-hak dan
memiliki klaim sisa laba dan aset dalam likuidasi.
Bagian
modal di laporan posisi keuangan suatu perusahaan biasanya dibagi menjadi beberapa
komponen. Selain mengungkapkan klaim hukum bahwa berbagai kelompok kepemilikan
memiliki terhadap aset perusahaan, pemisahan komponen modal memberikan
informasi mengenai sumber-sumber modal, persyaratan dividen, dan prioritas
relatif dari berbagai jenis efek ekuitas pada saat terjadi likuidasi perusahaan.
Komponen bagian modal
suatu perusahaan diklasifikasikan berdasarkan sumber dengan cara berikut:
I.
Modal Disetor
A.
Modal Yuridis, nilai nyataan, atau hasil keseluruhan jika tanpa nilai nominal
atau nilai nyataan keseluruhan menyertai isu saham.
B.
Tambahan modal disetor-jumlah yang diterima lebih
dari nominal atau nilai nyataan
II.Memperoleh modal.
A.
Dialokasikan.
B.
Tidak dialokasikan
III. Pendapatan komprehensif lainnya.
Setiap komponen ini dibahas secara
lebih terperinci dalam bagian
berikut.
Paid in Capital
- Modal Disetor
Keuntungan kewajiban
terbatas dari bentuk organisasi bisnis perusahaan menetapkan bahwa kreditor
mungkin hanya memperhatikan aset-aset perusahaan untuk memenuhi klaim mereka. Undang-undang negara
melindungi kreditur umumnya dengan membentuk konsep modal yuridis dari jumlah aset bersih yang tidak dapat dibagikan kepada pemegang
saham. Undang-undang ini bervariasi dari negara ke negara, tetapi nominal atau
nilai yang dinyatakan dari saham yang beredar umumnya merupakan modal yuridis korporasi. Undang-undang negara umumnya memerlukan
modal yuridis yang akan dilaporkan secara terpisah dari jumlah total yang
diinvestasikan. Akibatnya, kepemilikan diklasifikasikan sebagai modal saham
atau tambahan modal disetor lebih dari nilai nominal. Klasifikasi, tambahan
modal disetor, mencakup semua jumlah yang awalnya diterima untuk saham lebih
dari nilai nominal atau nyataan.
Stock Subscriptions
- Pemesanan saham
Pada umumnya, pada saat perseroan didirikan atau
pada saat melakukan penawaran publik perdana (initial public offering atau IPO), perusahaan telah menetapkan apa
yang disebut modal dasar (authorized
capital stocks). Dengan autorisasi tersebut perusahaan akan mencetak
sertifikat saham. Bila saham telah terjual dan pembeli telah membayar penuh
kesepakatannya, sertifikat saham diserahkan kepada pembeli. Atas dasar konsep
kesatuan usaha, jumlah rupiah yang diterima perusahaan (kas atau aset lainnya)
akan menimbulkan atau diimbangi dengan modal setoran.
Pada
umumnya, investor yang berminat membeli saham perusahaan harus memesan (to subscribe) lebih dahulu saham yang
akan dibeli dengan harga sesuai dengan kesepakatan pada saat pemesanan. Secara
konseptual, ekuitas pemegang saham bersifat seperti kewajiban. Oleh karena itu,
jumlah rupiah saham pesanan dapat diakui sebagai modal setoran hanya apabila
kedua syarat berikut dipenuhi:
(1). Jumlah rupiah yang
disepakati dalam pemesanan merupakan klaim
yuridis bagi perusahaan terhadap pemesan dan tidak dapat dibatalkan.
(2). Harga pemesanan tersebut
akan ditagih penerbit dalam perioda yang cukup pasti dan tidak terlalu lama.
Syarat (1) menuntut bahwa kesepakatan
pemesan merupakan kontrak yang mengikat sehingga menimbulkan piutang pesanan
saham (stock sobscription receivable)
bagi penerbit yang kalau tidak dipenuhi maka penerbit dapat menuntut secara
yuridis untuk dilunasi. Klaim untuk menerima uang yang tidak dapat dibatalkan
dilandasi oleh konsep hak-kewajiban tak bersyarat (unconditional right of offsset) yang menyatakan bahwa pihak
berkontrak pertama tidak mempunyai kewajiban apapun sebelum pihak kedua
memenuhi apa yang menjadi hak pihak pertama. Dalam hal ini, piutang yang tidak
dapat dibatalkan merupakan aset bagi penerbit sehingga modal setoran sebagai “kewajiban”
dapat diakui.
Syarat (2) diperlukan agar
hak-kewajiban tak bersyarat tidak berlaku sehingga kontrak tidak bersifat
eksekutori. Jadi, bila tidak ada kepastian tentang pelaksanaan transaksi
penerbitan maka pemesanan tersebut jelas tidak dapat diakui sebagai modal
setoran.
Dalam pelaporan, piutang pesanan saham
dikontrakan terhadap modal saham pesanan untuk melanjutkan modal setoran yang
sesungguhnya. Selisihnya dengan sendirinya merupakan jumlah rupiah yang
benar-benar telah disetor.
Special Features
- Fitur Khusus
Efek lain dari saham
biasa dapat berisi fitur yang memungkinkan (1) pemegang efek tersebut untuk
menjadi pemegang saham biasa, (2) korporasi untuk reacquire sekuritas ini, atau
(3) fluktuasi tingkat pengembalian pada sekuritas. Di antara fitur ini adalah konversi, ketentuan panggilan, ketentuan kumulatif,
ketentuan berpartisipasi, dan penebusan-ketentuan. Ketentuan-ketentuan ini
ditemukan paling sering pada saham preferen, tetapi beberapa dari mereka juga
dapat ditemukan pada utang jangka panjang.
Conversion – Konversi
Sebuah fitur konversi
disertakan pada masalah saham preferen untuk membuatnya lebih menarik bagi
investor potensial. Biasanya, fitur konversi melekat untuk memungkinkan
perusahaan menjual saham yang disukai pada tingkat dividen yang relatif lebih
rendah daripada yang ditemukan pada surat berharga lain dengan tingkat resiko
yang sama. Tingkat konversi biasanya ditetapkan di atas hubungan saat ini dari
nilai pasar saham biasa dengan nilai pasar dari saham konversi disukai. Misalnya,
jika saham biasa perusahaan adalah menjual di $ 10 per saham dan saham preferen
memiliki harga jual $ 100. Per saham, tingkat konversi mungkin diatur di
delapan saham umum untuk satu pilihan. Semua hal lain dianggap sama, maka akan
muncul untuk menjadi menguntungkan untuk pilihan - pemegang saham untuk
mengkonversi ke umum ketika nilai saham biasa naik di atas $ 12,50 per saham.
Namun, itu adalah normal untuk harga pasar dari saham preferen berfluktuasi
sebanding dengan harga pasar yang umum, oleh karena itu, investor tidak akan
dapat membuat keuntungan hanya dengan mengubah satu tipe keamanan yang lain.
Konversi saham yang menarik bagi investor karena rasio pertukaran cenderung
untuk mengikat harga pasar dari saham preferen dengan harga pasar dari saham
biasa.
Ketika
saham preferen dikonversi menjadi saham biasa, perlakuan akuntansi yang tepat
adalah untuk mentransfer nilai nominal yang disukai, ditambah proporsional dari
setiap tambahan modal disetor pada saham preferen, untuk saham biasa jika
jumlah ini berbeda dari nominal atau nilai yang dinyatakan dari saham biasa,
itu adalah dibagi antara nilai nominal atau dinyatakan dan tambahan modal
disetor-in-modal pada saham biasa.
FASB
beredar draf eksposur (DE), yang dijelaskan sebelumnya masuk bab ini, akan
memerlukan bahwa penerbit instrumen keuangan yang kompleks mengalokasikan dana
diterima di penerbitan ke instrumen itu secara terpisah antara kewajiban dan
komponen ekuitas. FASB tidak secara eksplisit memperkenalkan saham preferen konversi, karena fitur konversi dan
saham preferen akan komponen terpisah dari instrumen keuangan yang kompleks.
Untuk saham preferen konversi, komponen ini kedua komponen ekuitas, dan menurut
draft paparan mereka bisa dilaporkan sebagai item tunggal. Namun, jika
ketentuan standar yang diusulkan adalah sepenuhnya dilaksanakan, masing-masing
fitur juga dapat dilaporkan sebagai komponen terpisah dari ekuitas. Menurut ED,
pengukuran komponen individu harus dibuat dengan menggunakan nilai wajar
relatif dari komponen-komponen. Namun, nilai wajar dari fitur konversi tidak
akan biasanya segera ditentukan. Dalam kasus ini, pengukuran untuk saham
preferen konversi akan mengikuti pengukuran ED yang diajukan fitur konversi
untuk obligasi konversi. Nilai wajar dari saham preferen (tanpa fitur konversi)
akan digunakan untuk nilai dan sisa masalah harga akan dialokasikan ke pilihan
untuk mengkonversi. Pengungkapan terpisah dihasilkan dari nilai yang diterima
untuk fitur konversi mungkin memiliki informasi content.
Call Provision
Ketentuan Call Provision memungkinkan korporasi untuk reacquire saham
preferen di beberapa jumlah yang telah ditetapkan. Korporasi mencakup
ketentuan-ketentuan Call Provision pada sekuritas karena kondisi masa depan
tidak menentu. Kondisi saat ini menentukan laba atas investasi yang akan
menarik bagi investor potensial, namun kondisi ini dapat berubah, sehingga
perusahaan dapat menawarkan pengembalian yang lebih rendah atas investasi di
masa depan. Selain itu, kondisi pasar dapat membuat perlu untuk menjanjikan hubungan
utang-ekuitas tertentu pada saat penerbitan. Ketentuan panggilan memungkinkan
korporasi untuk mengambil keuntungan dari kondisi yang menguntungkan masa depan
dan menunjukkan bagaimana efek mungkin pensiun. Keberadaan dari harga Call Provision cenderung
untuk menetapkan batas atas pada harga pasar efek nonconvertible, karena
investor biasanya tidak akan cenderung untuk membeli saham yang dapat mengingat
sejenak pada harga yang lebih rendah.
Karena ketentuan Call Provision menyampaikan
manfaat bagi perusahaan penerbitan, merupakan komponen aset dari instrumen
keuangan yang kompleks. Namun, FASB itu ED yang akan memerlukan pengakuan
terpisah dari kewajiban dan komponen ekuitas dari instrumen keuangan yang
kompleks tidak mengusulkan pengakuan terpisah dan pengukuran nilai Call Provision.
Cumulative
Provisions - Ketentuan Kumulatif
Pemegang
saham preferen biasanya memiliki preferensi untuk dividen. Artinya, tidak ada
dividen yang umum dapat dibayarkan dalam satu tahun dibutuhkan sampai semua
pilihan-dividen untuk tahun yang dibayar. Biasanya, perusahaan juga termasuk
menambahkan perlindungan
untuk pemegang saham preferen dalam bentuk ketentuan kumulatif. Ini menyatakan
provisionn bahwa jika semua atau setiap bagian dari dividen disukai menyatakan
tidak dibayar dalam satu tahun, yang belum dibayar terakumulasi dan harus
dibayar dalam tahun-tahun berikutnya sebelum dividen dapat dibayar pada stock
umum & Setiap dividen dibayarkan atas saham preferen kumulatif merupakan
dividen tunggakan dan harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan,
meskipun itu bukan kewajiban sampai dewan direksi perusahaan benar-benar
menyatakan itu. Dividen tunggakan yang penting dalam memprediksi arus kas masa
depan dan sebagai indikator fleksibilitas keuangan dan likuiditas.
Participating Provision -
Ketentuan Berpartisipasi
Berpartisipasi ketentuan memungkinkan pemegang
saham lebih disukai untuk berbagi dividen lebih dari kembali normal dengan
pemegang saham biasa. Sebagai contoh, sebuah ketentuan yang berpartisipasi
mungkin menunjukkan bahwa saham preferen adalah untuk berpartisipasi dalam
dividen secara 1:1 dengan saham biasa pada semua dividen lebih dari $ 5 per
saham. Ketentuan ini mengharuskan bahwa setiap pembayaran lebih dari $ 5 per
saham kepada pemegang saham umum juga dibuat atas dasar dolar-untuk-dolar untuk
setiap saham yang disukai.
Redumption Provision -
Ketentuan Penebusan
Suatu ketentuan penebusan menunjukkan bahwa
pemegang saham dapat menukar saham preferen untuk kas di masa depan. Ketentuan
penebusan mungkin termasuk, tanggal jatuh tempo wajib atau mungkin menentukan
harga penebusan. jika demikian, instrumen keuangan mewujudkan kewajiban untuk
mentransfer aset, dan akan memenuhi definisi kewajiban, daripada ekuitas. SEC
mensyaratkan pengungkapan terpisah dari manditorily saham preferen ditarik
kembali karena sifat mereka yang terpisah. SFAS No 150 mensyaratkan bahwa suatu
instrumen keuangan manditorily diuangkan diklasifikasikan sebagai kewajiban
penebusan kecuali diperlukan untuk terjadi hanya pada likuidasi atau
penghentian perusahaan yang menerbitkan.
Stock Options and Warrants - Pilihan Saham dan Waran
Banyak perusahaan memiliki perjanjian dengan
karyawan dan pemegang keamanan, opsi saham dan waran disebut saham, yang dapat
mengakibatkan penerbitan saham tambahan dari saham biasa. Opsi saham dan
perjanjian saham waran dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah saham biasa
yang beredar, dan metode akuntansi bagi mereka harus dievaluasi secara cermat.
Stock Option Plans - Opsi
Rencana Saham
Rencana opsi saham eksekutif telah menjadi elemen penting dari paket
kompensasi untuk pejabat perusahaan. Rencana ini memungkinkan pejabat
perusahaan untuk membeli sejumlah saham menyatakan saham pada harga yang
ditetapkan untuk beberapa periode yang telah ditentukan. Di masa lalu, rencana
saham pilihan yang sangat menguntungkan karena peraturan pajak penghasilan yang
dikenakan pajak hasil pada tingkat capital gain ketika sekuritas yang dibeli
dengan rencana opsi saham yang dijual. Hukum pajak saat ini telah secara substansial
mengurangi keuntungan pajak dari opsi saham. Namun demikian, banyak perusahaan
masih menggunakan sebagai bagian dari.paket kompensasi
Rencana total Saham pilihan yang paling berharga
ketika harga opsi lebih rendah dari harga pasar. Untuk alasan ini, saham
pilihan rencana dipandang sebagai insentif yang mempengaruhi pemegang opsi
untuk mencoba untuk meningkatkan nilai perusahaan dan dengan demikian meningkatkan nilai saham biasa perusahaan di pasar
saham. Rencana ini memiliki efek yang berpotensi dilutif pada pemegang saham
lainnya, karena berolahraga hasil pilihan dalam pemegang saham tambahan klaim
terhadap jumlah pendapatan yang sama. Efek dilusi ini relatif potensial versus
pengaruh insentif manajemen untuk meningkatkan keuntungan harus diperiksa oleh
pemegang saham saat ini dan potensi. Pengukuran tersebut, tentu saja, cukup
sulit.
Pada tahun 1972 APB mengulas masalah akuntansi untuk opsi saham dan mengeluarkan
Opini APB No 25, "Akuntansi Saham Dikeluarkan kepada Karyawan." Dua
jenis rencana didefinisikan, non compensatory dan kompensasi.
Sebuah rencana opsi saham noncompensatory didefinisikan sebagai
seseorang tidak terutama dirancang sebagai metode kompensasi, tetapi lebih
sumber modal tambahan atau kepemilikan yang lebih luas di kalangan karyawan.
Empat karakteristik penting dari rencana noncompensatory didefinisikan: (1)
partisipasi dari semua karyawan penuh-waktu, (2) penawaran saham pada dasar
yang sama atau sebagai persentase dari gaji yang seragam untuk semua karyawan,
(3) waktu yang terbatas untuk pelaksanaan opsi, dan (4) diskon dari harga pasar
yang tidak akan berbeda dari penawaran yang masuk akal kepada pemegang saham.
Ketika kondisi ini terpenuhi, rencana tidak diskriminasi dalam mendukung
karyawan perusahaan, dengan demikian, perusahaan tidak diperlukan untuk merekam
setiap beban kompensasi.
Rencana kompensasi opsi saham, di sisi lain, memberikan karyawan sebuah
opsi yang tidak ditawarkan kepada semua karyawan atau pemegang saham. Rencana
ini melibatkan pencatatan beban, dan waktu pengukuran beban ini dapat sangat
mempengaruhi dampaknya terhadap laporan keuangan. Pengukuran enam mungkin
tanggal untuk menentukan jumlah beban kompensasi terkait dengan rencana opsi
saham awalnya dibahas dalam ARB No 43 yang terakhir dalam Lampiran B untuk Opini
APB No 25. Tanggal-tanggal ini:
1.
Tanggal adopsi rencana pilihan
2.
Tanggal opsi yang diberikan kepada individu tertentu.
3.
Tanggal di mana penerima beasiswa telah melakukan berbagai prasyarat
untuk pelaksanaan opsi.
4.
Tanggal penerima pertama dapat melaksanakan opsi tersebut.
5.
Tanggal opsi tersebut dilakukan oleh penerima beasiswa.
6. Tanggal penerima beasiswa membuang saham diperoleh.
Para APB menyimpulkan bahwa beban kompensasi harus diukur pada tanggal
pertama yang baik jumlah saham yang akan diterima oleh individu tertentu dan
harga opsi diketahui. Dalam kebanyakan kasus, ini akan menjadi tanggal pilihan
diberikan kepada individu tertentu. Kompensasi beban
adalah sama dengan perbedaan antara harga pasar dari G stoz tanggal pengukuran
dan harga karyawan diwajibkan untuk membayar.
Penentuan tanggal pengukuran primer rencana
kompensasi opsi saham penting. Dalam beberapa rencana, tanggal hibah itu
tanggal pengukuran, dan, karenanya, jumlah kompensasi lutut Dalam rencana lain
tanggal pengukuran lambat tanggal hibah = biaya kompensasi tahunan harus
diperkirakan.
Jika tanggal dari hibah dan tanggal pengukuran
kompensasi, sama dan opsi saham biasa ditetapkan untuk jumlah total biaya kompensasi. Biaya kompensasi
ditangguhkan adalah offset terhadap opsi saham biasa dalam bagian ekuitas
pemegang saham dan biaya diamortisasi selama masa manfaat. Dalam hal tanggal
pengukuran lambat tanggal hibah, biaya total kompensasi tidak dapat diukur
tepat pada tanggal-hibah. Oleh karena itu, beban kompensasi tahunan
diperkirakan, dan opsi saham biasa dicatat selama setiap periode hingga pengukuran tanggal tercapai.
Kadang-kadang, opsi saham yang tersedia tidak dapat
dilakukan. Dalam hal pilihan tidak dilaksanakan sebelum tanggal kedaluwarsa,
beban kompensasi diakui sebelumnya tidak terpengaruh, namun, pada tanggal jatuh
tempo, nilai opsi saham biasa direkam sebelumnya ditransfer ke tambahan modal
disetor.
Alasan untuk penggunaan Opini APB No 25 tanggal
pengukuran adalah bahwa hal itu bertepatan dengan tanggal bahwa korporasi
berkomitmen untuk sejumlah tertentu saham. Karena saham bisa saja dijual di
pasar daripada disisihkan untuk karyawan, perbedaan antara nilai pasar dari
saham dan harga opsi pada tanggal berkomitmen merupakan biaya kesempatan yang
terkait dengan opsi-opsi dan dengan demikian total kompensasi. Argumen
alternatif, dalam mendukung Opini APB No 25 tanggal pengukuran, bergantung pada
teori ekonomi tenaga kerja. Dari perspektif karyawan, kontrak karyawan untuk
jasa berdasarkan jumlah produk pendapatan marjinal yang mereka sediakan. Dengan
demikian, karyawan menerima pilihan sebagai pengganti upah saat ini. Akibatnya,
perbedaan antara harga pasar saat ini dan pilihan saham merupakan kompensasi
karyawan.
Nilai utama dari investasi ini terletak di antara nol - hingga harga pasar tidak pernah melebihi harga dan
pilihan yang sangat besar kembali-ketika harga pasar naik jauh di atas harga
opsi. Beberapa akuntan telah menganjurkan merekam nilai pilihan pada nilai yang
diharapkan yang terletak di antara dua ekstrem. Namun, prosedur ini akan
menghasilkan penilaian lebih subyektif. Pencatatan dan pengukuran rencana opsi
saham biasa pasti akan terus menjadi isu kontroversial dalam waktu dekat.
Selain itu, inovasi terbaru menggunakan leverage dan saham preferen memiliki
menambah kompleksitas rencana opsi saham karyawan.
SFAS No. 123R
Akuntan banyak yang percaya bahwa prosedur untuk mengenali
opsi saham biasa di
bawah ketentuan Opini APB No 25 di laporan laba rugi dan valuasi neraca. Mereka
mempertahankan bahwa karyawan menerima stock options yang menerima investasi
dalam perusahaan sebagai pengganti kompensasi uang tunai tambahan. Sebagai
contoh, pada tahun 1984, Walt Disney. Perusahaan memberikan opsi saham kepada ketua
dewan, Michael Eisner. Pilihan ini memungkinkan dia untuk membeli saham di
sekitar $ 57,44 perlembar. Pada tahun 1992, ketika ia menjalankan sebagian
besar pilihan-Nya, nilai split-disesuaikan saham telah meningkat menjadi
sekitar $ 646,00 Akibatnya, Eisner menyadari keuntungan lebih dari $
126.900.000. Namun, aturan akuntansi di tempat pada saat itu tidak memerlukan
Disney untuk melaporkan biaya apapun pada saat opsi diberikan "Sebagai
akibat dari situasi serupa, beberapa organisasi yang tertarik dalam
pengembangan standar akuntansi. FASB diminta untuk mempertimbangkan kembali
persyaratan pelaporan yang terkandung dalam APB Opinion No 25.
Karena pilihan yang umumnya diberikan untuk
memotivasi kinerja masa depan, harga pilihan adalah hampir selalu pada harga
pasar pada pilihan waktu diberikan dengan tanggal kedaluwarsa 10 tahun
"Sebagai hasilnya., Ketentuan Opini APB No 25 jarang mengakibatkan
perusahaan rekaman beban kompensasi saham ketika opsi diberikan.
Ketidakkonsistenan dan penggunaan meningkatnya rencana opsi saham sebagai
bentuk kompensasi karyawan menyebabkan FASB untuk mempertimbangkan kembali
akuntansi untuk opsi saham.
SFAS No 123R
memiliki sejarah panjang dan evolusioner. Sejauh kembali sebagai 1984, FASB
mengeluarkan undangan untuk mengomentari masalah opsi saham dan antara waktu
dan 1988 FASB dibahas subjek. Namun, meskipun Dewan awalnya datang kesepakatan
bahwa opsi saham adalah bentuk kompensasi karyawan, tidak bisa disepakati
tentang cara untuk memperhitungkan biaya mereka. Kemudian pada tahun 1992, FASB
mengangkat lagi isu tersebut dan pada tahun 1993 mengeluarkan sebuah draft
eksposur menegaskan kembali posisi Dewan bahwa opsi saham adalah bentuk
kompensasi karyawan yang harus diperkirakan sebesar nilai wajarnya.
FASB menerima lebih dari 1.700 surat mengomentari
draft paparan yang terutama keberatan untuk perlakuan baru yang diusulkan. Para penentang mengklaim
bahwa hasilnya akan menjadi biaya dramatis terhadap laba yang akan memiliki
efek merugikan pada daya saing dan inovasi, dan mungkin juga memiliki
konsekuensi yang tidak diinginkan perusahaan memutuskan untuk menghentikan
rencana saham mereka pilihan. Selanjutnya, pada tahun 1993, Senator Joseph
Lieberman memperkenalkan RUU di Kongres yang akan memerintahkan SEC
mengharuskan bahwa tidak ada beban kompensasi dilaporkan pada laporan laba rugi
untuk rencana opsi saham. RUU ini bisa menjadi preseden berbahaya bagi campur
tangan dalam operasi FASB.
Oposisi yang kuat untuk
posisi FASB dipaksa untuk berkompromi. Pada tahun 1995 Dewan dirilis SFAS 123, "Akuntansi Kompensasi Berbasis
Saham." Pernyataan ini mendorong perusahaan untuk mengenali nilai estimasi
opsi saham sebagai beban, tetapi beban ini diperbolehkan untuk diungkapkan
dalam catatan kaki laporan keuangan. Namun, FASB mendesak perusahaan untuk
secara sukarela mengungkapkan nilai wajar dari beban kompensasi yang terkait
dengan opsi saham dalam laporan keuangan mereka.
Kritik dari kebutuhan
pengungkapan catatan kaki menjadi lebih vokal di awal 2000-an karena
keprihatinan luas atas praktik akuntansi penipuan di perusahaan dituduh
melakukan penipuan (misalnya, Enron, Tyco, dan WorldCom). Dalam beberapa
situasi ini, perusahaan menggunakan opsi saham untuk menghindari membayar pajak
AS, sementara melebih-lebihkan laba, dan perusahaan eksekutif yang memegang
opsi saham substansial termotivasi untuk artifisial mengembang harga saham
untuk keuntungan finansial mereka sendiri.
Opsi saham perusahaan membantu. menghindari
membayar pajak karena ketika mereka berjalan, perusahaan mengambil potongan
pajak untuk perbedaan antara karyawan yang dibayar untuk saham dan nilai saat
ini. Tetapi di bawah aturan akuntansi yang berlaku pada saat itu, perusahaan
tidak memperlakukan transaksi opsi saham sebagai beban. Sebagai contoh,
Microsoft memiliki penghematan pajak sebesar $ 2,7 miliar, manfaat pajak opsi
saham selama periode 1996-1998. Penghematan ini terutama disebabkan oleh fakta
bahwa manfaat pajak opsi saham tergantung pada seberapa banyak saham perusahaan
sudah naik nilainya. Akibatnya, penghematan pajak sangat besar dalam industri
teknologi tinggi yang meningkat secara substansial penilaian pasar selama
periode tiga tahun yang sama.
Pengungkapan yang timbul dari kasus ini
meningkatkan permintaan untuk transparansi dalam pelaporan perusahaan. FASB
menanggapi masalah ini dengan merilis SFAS No 123R pada bulan Desember 2004. Pernyataan ini
mengharuskan perusahaan mengeluarkan opsi saham untuk memperkirakan beban
kompensasi yang timbul dari pemberian opsi saham dengan menggunakan metode
nilai wajar dan mengungkapkan beban kompensasi ini diperkirakan pada laporan
laba rugi mereka.
Berdasarkan metode nilai wajar, perusahaan mengukur
nilai masa depan yang diharapkan dari opsi saham dengan menggunakan model
seperti yang dikembangkan oleh Fisher Black dan Myron Scholes. Tetapi SFAS No
123R mendorong perusahaan untuk menggunakan model kisi binomial. Kedua model
menggunakan input dasar yang sama:
1.
Harga saham yang mendasari
2.
Tingkat bunga bebas risiko
3.
Strike price.
4.
Dividend yield
5.
Volatilitas
6.
harga saham perusahaan yang diharapkan
Istilah yang diharapkan dari opsi Perbedaan antara model adalah
bahwa metode kisi binomial memungkinkan perusahaan untuk mengubah parameter.
Hal ini mempertimbangkan bahwa dalam setiap periode harga saham dapat meningkat
atau menurun. Selain itu, sementara Black-Scholes
Model mengasumsikan bahwa pemegang opsi tidak akan exercise sampai akhir periode pilihan, model kisi binomial
memungkinkan untuk exercise awal. Hasil model yang binomial kisi dalam
sejumlah hasil potensial yang saat ini nilai-nilai yang disimpulkan pada
tingkat bebas risiko pengembalian. Nilai-nilai ini kemudian rata-rata untuk
sampai pada nilai wajar opsi.
Oposisi untuk SFAS
No 123R masih berlangsung hingga saat ini. Pada tahun 2006, mencatat 27
ekonom dan pemimpin bisnis, termasuk Nobel Milton ekonom pemenang Hadiah
Friedman dan mantan pejabat kabinet George Schultz, mengeluarkan kertas posisi
menentang ketentuan SFAS No 123R. Penandatangan ini kertas posisi menentang SFAS No 123R karena
mereka percaya bahwa pengeluaran opsi saham karyawan adalah akuntansi yang
tidak tepat yang mengakibatkan kerugian serius dari laporan keuangan perusahaan
yang pengguna berbasis luas rencana pilihan. Selain itu, mereka percaya bahwa
garis bawah aturan kerusakan perusahaan baru, mengkompromikan kemampuan mereka untuk menarik karyawan berbakat,
dan membuat mereka kurang kompetitif terhadap pesaing asing yang tidak
menghadapi requirements sama.
Stock Warrants
- Saham Waran
Waran saham adalah sertifikat yang memungkinkan
pemegang saham untuk mengakuisisi saham pada harga tertentu dalam periode
dinyatakan. Sertifikat ini umumnya dikeluarkan di bawah salah satu dari dua
kondisi:
1.
Sebagai bukti hak pemegang saham saat ini
preemptive untuk membeli saham tambahan dari saham biasa dari masalah saham
baru dalam proporsi persentase kepemilikan mereka saat ini.
2.
Sebagai inducement awalnya melekat pada hutang atau
saham preferen untuk meningkatkan daya jual efek tersebut.
Dalam praktek saat ini, akuntansi untuk hak memesan
efek terlebih dahulu dari pemegang saham yang ada tidak menciptakan masalah,
khususnya. Waran dicatat
hanya sebagai memorandum dalam catatan akuntansi formal. Dalam hal waran jenis
ini dilakukan nilai saham yang dikeluarkan diukur pada jumlah uang
dipertukarkan.
Waran yang melekat pada sekuritas dilepas lainnya
membutuhkan penilaian yang terpisah karena mereka dapat diperdagangkan di pasar
terbuka. Jumlah yang akan dihubungkan dengan jenis waran tergantung pada nilai
di pasar sekuritas. Nilai mereka diukur dengan menentukan hubungan persentase
dari harga-surat perintah dengan harga pasar total secutitas dan waran, dan menerapkan persentase ini untuk hasil dari
masalah keamanan. Prosedur ini harus diikuti apakah waran terkait dengan
obligasi atau saham preferen.
Dalam Opini APB No 14, APB mendukung pendekatan ini
ketika menyatakan,
Dewan berpendapat bahwa
bagian dari hasil surat utang yang diterbitkan dengan dilepas saham waran
pembelian yang berlaku
untuk waran harus diperhitungkan sebagai modal disetor. Alokasi harus
didasarkan pada nilai wajar relatif dari dua sekuritas pada saat issuance.
Jika waran tersebut dilakukan, nilai mereka akan
ditambahkan ke kas yang diterima untuk sampai pada nilai tercatat saham biasa.
Dalam hal waran tidak dilaksanakan dalam masa yang ditetapkan, porsi biaya
keamanan dialokasikan ke waran akan tetap pada buku sebagai modal disetor.
Retained Earnings - Laba ditahan
Pembatasan hukum di kebanyakan negara memungkinkan
perusahaan untuk membayar dividen hanya bila ada akumulasi, laba yang tidak
dibagikan. Pembatasan ini telah mengakibatkan pelaporan-modal yang diperoleh sebagai
komponen ekuitas pemilik terpisah dari modal disetor. Meskipun beberapa negara
memungkinkan dividen dari modal disetor dalam hal defisit, manajemen perusahaan
umumnya tidak ingin menguras modal, dan distribusi jenis ini jarang terjadi.
Laba ditahan mewakili akumulasi laba bersih sebuah
perusahaan yang belum didistribusikan sebagai dividen. Hal ini juga harus
dicatat bahwa akumulasi laba ditahan tidak berarti bahwa sebuah perusahaan
memiliki kas yang tersedia yang dapat digunakan untuk membayar dividen.
Akumulasi laba memungkinkan perusahaan untuk mendistribusikan dividen; dana kas
yang sebenarnya untuk membayar dividen tersebut harus tersedia atau diperoleh
dari sumber lain.
Dalam banyak kasus saldo laba ditahan diungkapkan
pada laporan keuangan dibagi menjadi beberapa bagian dialokasikankan dan yang tidak
dialokasikan. Laba ditahan dialokasikan terdiri bahwa sebagian dari laba
ditahan yang tidak tersedia untuk mendistribusikan sebagai dividen. Alokasi
mungkin timbul dari pembatasan hukum, pembatasan kontrak, atau keputusan
internal. Namun, suatu pengalokasian tidak menyediakan dana yang dapat
digunakan untuk mencapai tujuan yang dinyatakan, dan dapat dikatakan bahwa
pengungkapan ini mungkin sama efektifnya dengan catatan kaki.
Stock Deviden
- Dividen Saham
Sebagaimana dicatat sebelumnya, perusahaan mungkin
telah mengumpulkan laba tetapi tidak memiliki dana yang tersedia untuk mendistribusikan laba sebagai dividen kas kepada pemegang saham. Dalam
kasus tersebut, perusahaan dapat memilih untuk mendistribusikan sebagian sahamnya
sendiri saham sebagai dividen kepada pemegang saham saat ini. Distribusi jenis
ini disebut dividen saham. Ketika dividen saham yang relatif kecil, terhadap jumlah saham yang beredar, laba
ditahan tersebut dikurangi dengan nilai pasar saham yang didistribusikan. Modal saham dan tambahan modal
disetor meningkat dengan nilai nominal saham dan kelebihan apapun,
masing-masing. Secara teori, dividen saham yang relatif kecil tidak akan mempengaruhi nilai pasar ditetapkan
sebelumnya. Alasan di balik saham distribusi dividen adalah bahwa pemegang saham akan menerima
saham tambahan dengan nilai yang sama per saham seperti yang sebelumnya
dipegang. Namun demikian, dividen saham tidak menerima income. Mereka mewakili tidak ada distribusi aset
perusahaan kepada pemilik dan hanya reklasifikasi kepentingan kepemilikan.
Stock Splits – Pecahan Saham
Sebuah prosedur yang agak mirip dengan dividen
saham, tetapi dengan tujuan yang berbeda, adalah stock split. Metode yang
paling ekonomis membeli dan menjual saham di pasar saham di blok dari 100
saham, dan praktek ini mempengaruhi daya jual saham. Semakin tinggi harga
sebuah saham individu, lebih sedikit jumlah orang yang mampu membeli saham di
blok 100. Untuk alasan ini, banyak perusahaan mencari terlalu mempertahankan
harga saham mereka dalam rentang tertentu. Ketika harga naik di atas kisaran
itu, perusahaan dapat memutuskan untuk menerbitkan saham tambahan untuk semua
pemegang saham yang ada (atau split saham). Dalam pemecahan saham, pemegang
saham masing-masing menerima beberapa menyatakan jumlah saham saat ini dipegang
(biasanya dua atau tiga untuk satu), yang menurunkan harga pasar per saham.
Dalam teori, ini harga yang lebih rendah harus setara dengan membagi harga saat
ini oleh beberapa saham split, tetapi variabel-variabel intervensi di pasar
sering mempengaruhi harga secara bersamaan. Sebuah stock split tidak
menyebabkan perubahan dalam bagian ekuitas pemegang saham, kecuali untuk
meningkatkan jumlah saham beredar yang sebenarnya dan mengurangi nilai nominal
per saham atau dinyatakan. Tidak ada nilai tambahan yang ditugaskan untuk saham
saham yang diterbitkan dalam stock split karena tidak ada distribusi aset atau
reklasifikasi kepemilikan terjadi.
Sebuah pertanyaan kadang-kadang muncul adalah
apakah dividen saham dalam kenyataannya stock split dan harus diperlakukan
sesuai. Dalam dividen saham, tidak ada perubahan materi dalam harga pasar saham
diantisipasi, sedangkan pemecahan saham dilaksanakan khusus untuk mengubah
harga pasar saham. Sebuah dividen saham besar menyebabkan harga pasar untuk
penurunan terlepas dari terminologi yang melekat pada distribusi. Sebuah aturan
praktis adalah bahwa jika dividen saham setidaknya 20 sampai 25 persen dari
saham yang beredar, distribusi harus dicatat dalam cara yang mirip dengan stock
split. Distribusi saham sebesar ini diistilahkan dividen saham besar. Ketika
dividen saham besar dideklarasikan, praktek standar adalah untuk memanfaatkan
jumlah laba ditahan sama dengan nilai nominal saham yang diterbitkan.
Treasury Stock
Modal dapat dikurangi dengan secara resmi pembelian
kembali dan membatalkan saham terhutang dari saham, namun, korporasi informal
dapat mengurangi modal dengan membeli saham di pasar terbuka tanpa membatalkan
mereka. Saham-saham dibeli kembali ini disebut treasury stock. Perolehan kembali saham
perusahaan itu sendiri mengurangi aset dan ekuitas pemegang saham dan hasil
dalam batasan yuridis pada laba ditahan. Jumlah saham yang dibeli kembali biasanya terbatas oleh jumlah laba ditahan perusahaan.
Secara umum, teori keuangan menafsirkan pengumuman
pembelian kembali saham sebagai indikasi bahwa manajemen memandang mereka sebagai underpriced dalam Selain itu
marketplace. Dalam
perusahaan mungkin reacquire sahamnya sendiri dalam rangka untuk menawarkan
pilihan saham pada karyawan.
Dua metode akuntansi untuk saham treasury ditemukan
dalam praktek saat ini: metode biaya dan
metode nilai nominal. Berdasarkan metode
biaya, anggapan adalah bahwa saham yang diperoleh akan dijual kembali, dan
dua peristiwa diasumsikan: (1) pembelian saham oleh perusahaan dan (2) penerbitan
kembali ke pemegang saham baru. Membeli kembali saham dicatat pada biaya, dan
jumlah ini diungkapkan sebagai ekuitas negatif 'dengan memotong dari total
modal saham sampai dijual kembali. Karena transaksi saham treasury adalah
transaksi dengan pemilik, perbedaan antara harga perolehan dan harga penjualan
umumnya diperlakukan sebagai penyesuaian atas modal disetor (kecuali tambahan
cukup modal disetor tidak tersedia untuk mengimbangi setiap
"kerugian"; sedemikian kasus laba ditahan dikenai biaya).
Berdasarkan metode
nilai nominal, diasumsikan bahwa hubungan korporasi dengan-original pemegang saham berakhir. Transaksi ini dalam
substansi pensiun, maka, saham dianggap konstruktif pensiun. Oleh karena itu
modal yuridis dan tambahan modal disetor dikurangi untuk masalah harga asli saham
membeli kembali. Setiap perbedaan antara harga penerbitan asli dan harga
perolehan kembali diperlakukan sebagai penyesuaian atas tambahan modal disetor
(kecuali saldo yang mencukupi tidak tersedia untuk menutupi
"kerugian" dan laba ditahan dikenai biaya). Nilai nominal saham
adalah membeli kembali disclosed sebagai pengurang dari modal saham sampai
saham treasury yang diterbitkan kembali.
Persyaratan pengungkapan untuk treasury stock dalam
laporan keuangan tidak jelas didefinisikan oleh prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Sebagai contoh,
Opini APB No 6 menyatakan:
Ketika saham perusahaan
adalah diperoleh untuk tujuan selain pensiun (formal atau konstruktif), atau
ketika disposisi akhir belum diputuskan, biaya saham yang diperoleh dapat
ditampilkan secara terpisah, sebagai pengurang dari saham total modal, surplus
modal, dan saldo laba, atau mungkin diberikan perlakuan akuntansi yang sesuai
untuk saham pensiun, atau di beberapa keadaan dapat ditampilkan sebagai suatu asset.
Opini ini, pada dasarnya, memungkinkan untuk hampir
setiap presentasi perbendaharaan saham yang diinginkan oleh perusahaan dan
mengabaikan alasan untuk akuisisi saham. Modal saham jelas bukan aset karena
perusahaan tidak dapat memiliki dirinya sendiri, dan dividen tidak dibayar pada
saham keuangan. Demikian pula, "keuntungan" dan "kerugian"
pada transaksi saham treasury tidak harus dilaporkan pada laporan laba rugi
karena kemungkinan manipulasi income dan keuntungan dan kerugian karena tidak dapat
hasil dari investasi oleh pemilik atau distribusi kepada pemilik. Presentasi
saham treasury atas laporan keuangan harus diulas oleh FASB, dan
presentasi yang lebih dekat menyerupai
tujuan dari akuisisi saham treasury harus diperlukan
Other Comprehensive Income - Pendapatan Komprehensif Lainnya
Item dicatat sebagai pendapatan komprehensif
lainnya muncul dari peristiwa tidak terhubung dengan penerbitan saham atau laba operasi
diarahkan normal perusahaan.
Mereka hasil dari kebutuhan untuk
mengakui aset atau pertukaran nilai barang lainnya posisi keuangan yang telah dikeluarkan dari komponen income oleh badan otoritatif. Masalah pengakuan
untuk item ini dibahas di tempat lain dalam teks. Contoh-contoh utama dari pendapatan komprehensif lainnya adalah (1)
keuntungan dan kerugian yang belum
direalisasi atas investasi pada
efek hutang dan ekuitas yang
diklasifikasikan sebagai efek tersedia untuk dijual
(dibahas dalam Bab 8) dan (2) keuntungan
dan kerugian yang belum direalisasi akibat pertukaran dari investasi
tertentu di anak perusahaan asing (dibahas dalam Bab
16). Meskipun item yang tidak termasuk dalam pendapatan GAAP bawah
saat ini, mereka didefinisikan dalam SFAS No 133
sebagai komponen dari komprehensif Income.
Quisi–Reorganization - Kuasi-reorganisasi
Sebuah perusahaan yang menderita kerugian selama jangka waktu yang mungkin merasa sulit untuk menarik modal baru. Artinya, debtholders
dan pemegang saham ingin menerima laba atas investasi mereka, tetapi periode operasi tidak menguntungkan dapat membatasi kemampuan perusahaan untuk menawarkan bunga dan pembayaran dividen. Hal ini terutama berlaku bagi pemegang saham
yang tidak dapat menerima dividen kecuali ada laba
ditahan positif keseimbangan.
Dalam beberapa kasus reorganisasi perusahaan diperbolehkan berdasarkan ketentuan hukum negara mungkin mencoba sebagai
alternatif untuk kebangkrutan. Situasi
ini disebut kuasi reorganisasi, dan perusahaan diberikan sebuah awal baru dengan menghilangkan saldo defisit laba ditahan dan
menulis setiap aset dinilai terlalu tinggi. Jika kuasi reorganisasi dilakukan,
perusahaan jelas harus
mengungkapkan rencananya untuk pemegang
saham dan menerima persetujuan
formal mereka.
Modigliani dan Miller menemukan bahwa
pembayaran dividen sebenarnya
tidak mempengaruhi nilai pasar dari suatu perusahaan, sementara kemampuan untuk membayar dividen tidak mempengaruhi
nilai pasar perusahaan. Sebuah kuasi-reorganisasi memberikan perusahaan kemampuan
untuk membayar dividen lebih cepat dari itu akan mampu tanpa kuasi-reorganisasi,
dan reorganisasi kuasi-positif dapat mempengaruhi nilai pasar perusahaan
direorganisasi. Oleh karena itu, perusahaan yang tidak mampu membayar dividen karena laba
ditahan negatif akan mampu
meningkatkan modal baru lebih
ekonomis jika pertama kali terlibat
dalam reorganisasi kuasi.
Langkah-langkah yang terlibat dalam reorganisasi
adalah kuasi:
- Aset ditulis ke nilai pasar wajar mereka terhadap laba ditahan atau tambahan modal disetor.
- Defisit laba ditahan adalah dieliminasi dengan tambahan modal disetor atau modal yuridis.
- Dipertahankan nol laba keseimbangan adalah tanggal, dan tanggal ini akan disimpan melepaskannya kehilangan signifikansi (biasanya lima sampai sepuluh tahun).
F.
Analisis Keuangan Equity Pemegang
Saham
Analisis keuangan pengembalian investasi diperkenalkan pada Bab 7.
Pengembalian pada rasio aset mengukur pengembalian rata-rata investasi untuk investor
terlepas dari hubungan mereka dengan
perusahaan. Rasio ini didasarkan pada teori entitas
dalam hal tidak membedakan antara investor dan laporan tentang kinerja perusahaan secara keseluruhan. Sebuah rasio bahwa laporan pada kinerja perusahaan dari sudut pandang pemegang saham biasa adalah tingkat pengembalian ekuitas pemegang saham biasa (ROCSE). Rasio ini didasarkan
pada teori kepemilikan dalam biaya pinjaman dianggap
pengeluaran daripada laba atas investasi dan dihitung sebagai:
ROCSE = Net income available to common shareholders
Average common stockholders' equity
ROCSE ini
dipengaruhi oleh profitabilitas dan sejauh mana perusahaan memaksimalkan leverage keuangan. Sebagaimana dibahas dalam Bab 11, leverage keuangan
meningkatkan tingkat pengembalian kepada pemegang saham biasa apabila hasil
proyek investasi lebih besar dari biaya dana yang dipinjam. ROCSE Hershey’ meningkat
dari 51,81 persen pada tahun 2004 menjadi 56,71 persen pada tahun 2005. Tingkat pengembalian ini adalah jauh lebih tinggi daripada tingkat pengembalian ukuran aset
15.09 persen untuk tahun 2005 yang digambarkan dalam Bab 7. Mereka juga jauh
lebih tinggi dibanding rata-rata industri 20,92. ROCSEs Tootsie Roll's 11,35
dan 11,71 persen untuk tahun pajak 2005 dan 2004, masing-masing, lebih rendah
dari rata-rata industri. Selain itu, kembali disesuaikan Tootsie Roll di rasio
aset untuk tahun 2005 adalah 9,72%, sedikit lebih rendah dari ROCSEs untuk dua
tahun.
Sejak ROCSE mengukur kembali ke pemegang saham
biasa, dengan the numera harus dikurangi dengan dividen kepada pemegang saham disukai.
Baik Tootsie Roll maupun Hershey memiliki pemegang saham lebih disukai. Namun,
kedua perusahaan memiliki saham Kelas B umum. Karena saham tersebut mirip
dengan saham pilihan, sebuah piaure lebih baik kembali ke saham biasa akan
mengecualikan dividen mereka dari pembilang dan klaim mereka untuk ekuitas dari
denominator. Penghapusan efek saham Kelas B untuk Hershey hanya memiliki efek
kecil pada ROCSE perusahaan. Ada informasi yang tersedia untuk melakukan
penyesuaian serupa untuk Tootsie Roll.
Perusahaan menggunakan leverage keuangan dapat
dievaluasi dengan menghitung rasio struktur keuangan (FSR). Rasio ini
menunjukkan proporsi aset perusahaan
yang sedang dibiayai oleh para pemegang saham dan dihitung sebagai:
FSR =
Avarage Assets
Avarage Common Stockholder Eqiuty
Rasio ini menunjukkan bahwa penggunaan perusahaan 'hasil leverage
keuangan dalam. tingkat pengembalian kepada pemegang saham biasa yang melebihi
apa yang masing-masing perusahaan mendapatkan pada semua aktiva.
G. Standar Akuntansi Internasional
IASB telah membahas
masalah berikut yang berkaitan dengan
ekuitas pemegang saham (1) penyajian ekuitas
pada laporan keuangan "Kerangka" dan (2) pembayaran berbasis
saham dalam IFRS No 2.
Dalam
"Kerangka untuk Persiapan dan Penyajian Laporan Keuangan," menunjukkan preferensi untuk IASC teori
eksklusif ketika menyatakan,
"Ekuitas adalah hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban." IASC kemudian
mengindikasikan ekuitas yang mungkin subclassified untuk mengungkapkan jumlah yang disumbangkan oleh pemegang saham, saldo laba, cadangan, dan
penyesuaian modal pemeliharaan.
Sub-klasifikasi ini dipandang sebagai relevan dengan. pengambilan keputusan kebutuhan pengguna
laporan keuangan karena mereka menunjukkan adanya pembatasan hukum saat ini dan mungkin mencerminkan kenyataan bahwa kepemilikan yang berbeda memiliki hak yang berbeda.
Pada bulan Februari 2004, IASB mengeluarkan aturan yang mewajibkan pengeluaran opsi saham pada 1 Januari 2005.
Tujuan IFRS, No
2 "Pembayaran Berbasis Saham," adalah untuk menentukan
pelaporan keuangan oleh entitas untuk efek berbasis saham transaksi pembayaran, termasuk biaya yang
berhubungan dengan transaksi di
mana opsi saham yang diberikan kepada karyawan. IFRS No 2 memerlukan suatu entitas untuk mengenali berbasis saham transaksi pembayaran dalam laporan keuangan, termasuk transaksi dengan karyawan atau pihak lain yang akan diselesaikan secara tunai,
aset lainnya, atau instrumen ekuitas dari suatu entitas.
IFRS No 2 mengatur prinsip-prinsip pengukuran dan persyaratan
khusus untuk tiga jenis transaksi pembayaran berbasis saham:
1.
Ekuitas - transaksi
pembayaran diselesaikan berbasis saham, di mana entitas menerima barang
atau jasa sebagai pertimbangan untuk
instrumen ekuitas entitas (termasuk saham atau
opsi saham);
2.
Kas - transaksi
pembayaran diselesaikan berbasis saham,
di mana entitas memperoleh
barang atau jasa oleh kewajiban menimbulkan ke pemasok
barang-barang atau jasa untuk jumlah yang didasarkan pada harga (atau nilai) saham entitas atau
instrumen ekuitas lainnya entitas, dan
3. Transaksi di mana entitas
menerima atau memperoleh barang atau jasa dan hal
pengaturan menyediakan baik
entitas atau pemasok
barang-barang atau jasa dengan pilihan apakah entitas
mengendapankan transaksi secara
tunai atau dengan menerbitkan instrumen
ekuitas.
Untuk ekuitas diselesaikan untuk transaksi pembayaran berbasis saham, IFRS membutuhkan entitas
untuk mengukur barang atau jasa yang diterima, dan peningkatan yang sesuai dalam ekuitas, langsung, pada nilai wajar
dari barang atau jasa yang
diterima, kecuali bahwa nilai wajar tidak dapat diperkirakan secara andal.
Untuk kas diselesaikan berbasis
saham transaksi pembayaran,
IFRS membutuhkan entitas
untuk mengukur barang atau jasa yang diperoleh dan kewajiban yang terjadi
pada nilai wajar kewajiban.
Sampai kewajiban tersebut diselesaikan,
entitas diharuskan untuk diukur kembali ke nilai wajar kewajiban
pada setiap tanggal pelaporan dan pada
tanggal penyelesaian, dengan perubahan nilai diakui dalam
laporan laba rugi periode berjalan.
Untuk saham
pembayaran berbasis transaksi di mana hal pengaturan menyediakan baik entitas
atau pemasok barang. atau layanan dengan pilihan
apakah entitas mengedepankan
transaksi secara tunai atau dengan menerbitkan instrumen ekuitas, entitas diharuskan
untuk memperhitungkan bahwa transaksi,
atau komponen transaksi
,sebagai kas diselesaikan dengan
transaksi saham berbasis pembayaran jika, dan sejauh
itu, entitas telah timbul kewajiban untuk
menyelesaikan secara tunai (atau
aset lainnya), atau sebagai transaksi pembayaran berbasis
saham ekuitas menetap jika, dan sejauh itu,
tidak ada kewajiban tersebut
telah dikeluarkan. IFRS No 2 juga mengatur
berbagai persyaratan pengungkapan
untuk memungkinkan pengguna laporan
keuangan untuk memahami:
a.
sifat dan tingkat berbasis saham pengaturan pembayaran yang ada selama periode;
b.
bagaimana nilai wajar dari barang atau jasa yang diterima, atau nilai wajar instrumen
ekuitas yang diberikan, selama periode ditentukan, dan
c.
efek berbasis saham transaksi pembayaran pada keuntungan entitas atau: rugi untuk periode
dan posisi keuangan.
Mantabs.. thx udah membantu sekali karena ga keburu lagi baca Godfrey :)
BalasHapusini menurut buku nya siapa ya kalo boleh taau??
BalasHapus